Wednesday, March 27, 2013

Banting Setir


High-Res Stock Photography: Woman steering boat in ocean
Semua gara-gara penasaran. 

Penasaran campur sebal sebenarnya.

Sebal memuncak jadi frustasi. Berkali-kali presentasi ditolak karena strateginya salah. Jadilah saya manusia jahiliah, mental-mentalin brief yang nggak ada strateginya tanpa bantuin bikin. Kadang juga pentalin strategi yang sudah jadi terus diam-diam cari sendiri proposisi yang "rasanya" lebih benar.

Awalnya seru karena benar-benar pede tiap apa yang mau dipresentasiin ke klien. Apalagi kebetulan lumayan sering benarnya (walaupun belum menangin award). Tapi terus lama-lama kecapean sendiri karena setengah dari waktu dan energi cari ide kreatif habis buat nyari proposisi.

Kecapean bikin kepikiran mau pindah jalur (kerja) aja, tapi entah kenapa ngeliat bos strategi saat itu kurang sreg jadi mikir lagi. 

Beberapa waktu berlalu, siklusnya terjadi lagi, tapi kali ini, bos membuka kesempatan buat saya untuk belajar, karena menurut dia masukan saya berguna. Belajar sambil memberi masukan yang berguna? Ini baru namanya kesempatan banting setir.

Dimulailah perjalanan menggunakan otak kiri. Perjalanan membangun strategi. Satu persatu ditelusuri sebelum memutuskan satu solusi. Berempati ke klien biar bisa ngerti apa yang dia mau lakuin sama brandnya, merhatiin konsumen gimana mereka pakai produknya dan kenapa, banyak nanya-nanya tiap ketemu SPG biar ngerti seperti apa pasarnya, banding-bandingin data research mana yang relevan, cek tren, dan beberapa perspektif lagi yang bisa ketemu. Sambung dan peras biar keluar intinya.  

Pasti benar? Belum tentu.

Yang pasti mesti compelling. Mesti bisa langsung kebayang kreatifnya seperti apa.

Ternyata susah. Tapi pasti bisa.

Selama kerja di industri ini memang baru beberapa kali nemu yang sangat compelling. Jadi setiap bikin, susah banget nyari contohnya. Bahkan, bahkan nih, saya pernah diminta reporting ke bos yang menurut saya belum pernah bisa bikin yang tajam.

Apakah ada shortcutnya? Ada.

Balik lagi kerja di departemen kreatif, alias nyerah. Hehehe..

Untungnya bos saya waktu itu jagoan bikin yang tajam, walaupun dia memang bukan orang yang jago mengajarkan proses. Tapi tidak masalah, saya butuh yang bisa nunjukin mau ke mana bukan janji ngajak ke surga tapi taunya nyasar entah ke mana. Jadilah saya seorang Creative Planner.

Setahun berlalu, pindah ke tempat yang sekarang. Di sini saya dapat challenge baru. Pasti pernah baca atau dengar kalau pekerjaan di 15-20 tahun mendatang 80%nya belum diciptakan? Pekerjaan saya di sini salah satunya.

Kerjaan apa memangnya?

Sabar. Kita mulai dari tanggung jawabnya dulu. Saya dituntut untuk bisa menemukan insight, unspoken human truth kalau menurut saya, yang kemudian dipakai sebagai dasar dari strategi yang akan dibuat. Lingkupnya? Se-Indonesia.

Hah insight? Maksudnya gimana?

Contohnya begini. Misalnya ada brand pupuk untuk tanaman hortikultura A yang bilang dia efektif, dan brand B yang bilang dia murah. Bertahun-tahun brand pupuk A unggul jadi leader. Tapi terus si B menggali sebenarnya apa insight yang ada di konsumen. Ternyata ada lagi wants dibalik efektif/hasil yang melimpah, yaitu bisa dikonsumsi keluarga dengan aman. Di kampanye selanjutnya, pupuk B mulai memosisikan diri sebagai pupuk yang aman. Hanya dalam setahun, mereka memimpin. Padahal kedua pupuk punya ingredient yang sama.

Canggih kan? 

Hoo...Trus caranya gimana, research? FGD? 

Andai semudah itu. Research (U&A) atau FGD cuma sebagai dasar, pijakan ke mana kita mau mengarah. Dari pijakan awal kita harus bisa picked up yang potensial untuk diteruskan. Kalau kita sudah mengerti 360 mengenai brandnya, mestinya bukan hal yang ajaib untuk dilakukan. Tentu saja, detail caranya seperti apa masih rahasia dapur ya saudara-saudara, hehe...

Saya kasih contoh lagi aja ya. Kira-kira nih, kalau ada iPad di iklan TV produk anti jerawat untuk remaja, aspirasi kah untuk remaja se-Indonesia? Atau turn off button? Atau bisa dua-duanya? Loh kok dua-duanya? Nah, kalau ketemu insightnya, semuanya akan menjadi jelas.

Jelas bagaimana?

Gini aja, kalau memang tertarik, yuk kita sama-sama belajar. Saya juga belum jago, tapi mungkin sudah lebih banyak tahu karena mulai duluan. Kan jenis pekerjaan ini juga masih belum ada, jadi peluangnya sangatlah besar. 

Ok...tapi ngomong-ngomong apa nama jabatannya? Oh untuk itu, sampai saat ini mungkin belum banyak istilahnya, tapi yang saya dapat sekarang: Strategic Insight Manager.

Gimana, tertarik jadi seseorang yang insightful?


Friday, November 02, 2012

Selamat Hari Pahlawan

Kurang lebih seminggu lagi kita sebagai rakyat Indonesia akan memeringati hari pahlawan. Untuk kembali mengingat arti terdalam kemerdekaan. Untuk bisa teriak dari hati dengan suara terlantang dengan terus berkarya sebaik-baiknya karena kita sudah MERDEKA!

Menoleh

Bentuk kepalan
Angkat tinggi di atas kepala
Jadikan kepalan sebagai pesan
Bahwa kita masih dengarkan
Teriakan para pahlawan
Menoleh ke belakang
Lihat yang ditinggalkan
Pelajaran tak harus dalam halaman
Buku sekolahan
Buka wawasan

Wahai Pemuda
Pergilah ke taman makam pahlawan
Dan tataplah nisan-nisan di sana
Berteriak dalam hening mereka
Nyata terbaca nama Pemuda

Sebagai identitas mereka tak ada yang tahu pasti namanya
Tapi kata terakhir dari mulut mereka: MERDEKA!
Ingatkah kota Surabaya di bulan November tahun empat lima
Belanda menyerang dalam ribuan persenjataan berat udara dan darat
Berhadap-hadapan dengan kiamat
Kecil kemungkinan selamat
Berdiri menerjang ketidak mungkinan
Bermodal impian juga semangat berikan hormat!

Bentuk kepalan
Angkat tinggi di atas kepala
Jadikan kepalan sebagai pesan
Bahwa kita masih dengarkan
Teriakan para pahlawan
Menoleh ke belakang
Lihat yang ditinggalkan
Pelajaran tak harus dalam halaman
Buku sekolahan
Buka wawasan

Wahay Pemuda
Betapa gagah dan cantiknya
Tapi dibalik keindahannya tersimpan keraguan untuk berkarya
Takut gagal katanya
Untuk apa merdeka? Untuk apa nyawa mreka?
Pahlawan kita? Kalau anak cucunya terkekang oleh pikiran mereka
Betapa malunya?
Pejuang bermodal tinta menorehkan kata-kata
Berjuang banyak caranya termasuk dengan duduk berdiam dan dengan menuangkan buah pikirnya
Mohammad Hatta
Ki Hadjar Dewantara
Mohammad Yamin dan Kartini juga
Inspirasi dari mreka jadi bahan bakar slama-lamanya

http://www.youtube.com/watch?v=bqDlcPo0XoM


Tuesday, October 16, 2012

The Beauty Inside


I always need a dose of romanticism once in awhile. Before Sunrise and Before Sunset usually fulfill the need, but now I found a new one. The Beauty Inside social films. You can read what the films all about here

I quickly hooked by the films because I thought about the idea once. The idea that, what if you keep changing to be every different person each day? What’s your life gonna be like? The films show it beautifully.  
The first episode successfully zapped me. Good execution, flowing narrative, clear message. It's sharp.


“Everyday I’m a different person, but inside I’m always me.” 


The second episode. Is my favorite. Because it’s very rare we got struck deep that make the world suddenly froze. This episode captured it perfectly.
“I’ve been here a hundred times. Was I not paying attention?” 

The third, my guess would be every girls’ favorite. The romanticism became real, touchy and sweet. I like it because it has a real pain at the end.  
“I would see her again. But she would never see me.”

The fourth, second of my favorites. To see the love of your life missing you badly and yet you can’t be with her is excruciating. Making you wish there’s a doctor who can do kangensektomi, a medical procedure that eliminate our feeling of longing.   
“I was running out of ideas. I wanted to see her again.

Fifth. Is the most sad of all. Made me out of breath after watching it. The truth hurts. 
“I don’t date. I just break up with people”

The last. Gave a hope. That every one of us has a special one. Out there. But close.
“I found the last page in the sky”.


Sunday, July 29, 2012

The Dark Knight Rises Rinses the Dark


I hate saying this, but I hate The Dark Knight Rises.

Please don’t kill me just yet Batman diehards, I love Batman as much as you do.

My expectation goes through the roof after seeing The Dark Knight. Nolan perfectly depicted Batman’s dark side. I got awed to see how Batman fought for people of Gotham and then labeled as criminal by them because all they know he murdered Gotham’s hero, Harvey Dent. 


On top of that, the alter ego, Bruce Wayne, lost Rachel Dawes, the only women of that eccentric billionaire ever fall in loved with. Then those darkness paid by the safety upon Gotham city by its own good citizens, making the Joker wrong. The unbeatable Joker terror was lost over hope and good will. It was all a good balance.

But, in The Dark Knight Rises (TDKR), Nolan failed to capture The Dark Knight’s darkness. Right from the start. After being labeled as criminal, for the last 8 years Batman was simply gone. What? So why bother labeled him as criminal just to make him gone? That’s not Dark Knight, being the Dark Knight is to keep fighting the crime while being labeled as criminal! 


Not merely that, Bruce Wayne couldn't move on after loosing his love? What Nolan should've done was show us how Batman can still fight the crime as criminal while Bruce Wayne stays broken hearted. It’s about how Batman/Bruce continue their heroic lives while the whole world tries to pull them down. That's Dark Knight's darkness. Because no matter what, Batman always has righteous mean that motivates him, he can endure any emotional pain for the greater good. He always has. That what makes him a superhero. 

Then I thought, ok maybe it’s just a start, capturing the dark thing would come afterwards. But guess what, they never came. The plot was going nowhere, too many shallow subplots that drained our energy and making us even less care about the super banal main plot.  

ImageJust look at the final scenes (spoiler alert!), a kiss before fighting the last battle, saving the city in the nick of time and not being blown up by the bomb? Really? There are million ways to do ending better than every man of the expendables have done it.


Why, Nolan? Why??

I got disappointed this time. Really disappointed. There’s no way I would watch it four or five times like The Dark Knight. Just like what Panadol says, “one is enough”. 



Thursday, July 12, 2012

#PulpTips


Falling in love without really falling

Image
Entah si Cupid kurang jago manah, atau emang suka iseng aja asal manah, kita pasti pernah suka banget bahkan jatuh cinta sama orang yang biasa aja perasaannya ke kita. Sialnya, kita nggak bisa nolak perasaan itu. Kalau bisa nolak bukan jauh cinta namanya.

Nah kalau gayung tak bersambut gini, biasanya banyak hal bodoh dan ekstrem terjadi. Baik yang dilakukan sama cowok-cowok atau cewek dari pihak yang tak bersambut. Biar hal-hal yang tidak diinginkan itu terjadi, berikut cara yang bisa dilakukan:

Injek rem sekuat-kuatya
Bukan yang ada di sebelah pedal gas, tapi yang ada di hati kita. Heh? Hati ada remnya? Ada, namanya hati kecil. Waktu lagi ngebet-ngebetnya kita sama target yang biasanya ditandai dengan nggak pernah bosen ketemu, pengen cerita semuanya, bahkan sampai yang pengennya telanjang aja di depan dia (yg ini memang perlu perawatan sih sepertinya), coba direm sekuat mungkin. Tahan dengan berbagai cara. Coba kirim-kiriman messagenya sambil olahraga, maen game action yang nggak ada jedanya, atau ikat diri di tiang listrik. Hal ini bikin kita nggak terlalu galau nunggu balasan dan terlalu cepat membalas. Menahan diri ini sangatlah penting. Pertama biar target nggak jadi ilfil sama overwhelmed caring yang bakalan bikin eneg. Sama kedua, amount dari caring kita juga nggak sebanyak yang kita kira. Nanti disaat kita menemukan seseorang yang mencintai kita balik, caring kita sudah depleted.

Tapi sayangnya, hati kecil tidak selalu kuat menahan, karena memang cinta punya kekuatan yang tak terkira, bahkan mungkin terkuat di semesta. Nah kalau rem hati tidak pakem lagi atau blong karena diacuhkan, coba lakukan cara kedua berikut ini

Too much love will save you
Berubahlah dari jomblo monokotil menjadi jomblo dikotil atau bahkan multikotil. Maksudnya, jangan cuma suka ke satu orang aja. Coba sebar rasa peduli ke beberapa target yang emang kita mau pacari. Sebisa mungkin mereka single. Kalaupun nggak juga nggak papa, but at least they’re available.

Hal ini cukup menyenangkan. Kita bisa dapat banyak pengetahuan pergaulan dan bahasa-bahasa gaul yang berbeda, tergantung self defense mechanism mereka. Ada yang berbahasa inggris melulu karena mungkin dulu kuliah atau pernah tinggal di luar dan masih pengen berada di sana (tipe yang agak susah move on yang ini, hati-hati kalau dia kepatil). Ada yang pakai banyak istilah aneh karena belum mau sepenuhnya terbuka. Atau yang jawabnya pakai kata-kata pendek, yang ini jelas udah nggak niat sama kita atau banyak banget gebetannya.  

Selain gaya bahasa, kecepatan membalas juga pengaruh. Coba sebar satu issue ke mereka , lalu perhatikan balasannya, mana yang lebih cepat, mana yang ngasih solusi, atau mana yang asal. Kalau diantara semua akhirnya tersisa cuma si dia yang kamu masih mau prospek, jangan langsung mati-matian ngejar dia. Tetap tenang. Karena masih ada cara ketiga

Be a Master
At anything. Kuasai apakah itu pekerjaan, hobi atau tamatin game-game yang susah. Salurkan energy dan focus ke hal-hal tadi biar kita nggak selalu gala. Efek dari keseriusan mendalami sesuatu ini, selain si target jadi tidak terganggu, we might really achieve something. Become so good at it and become a winner. And when we do, big chance we’ll find another crush, a ‘better’ one. *truestory* 

Free Falling
Kalau ternyata emang harus balik lagi ke si doi, udah nggak salah lagi, she/he might be the one (sekali-kali pake kata ini nggak papa donk) (alright, the one, for now), nggak ada lagi yang bisa dilakukan selain menikmati hancurnya hari karena jatuh cinta. Hati hancur kok dinikmati? 

Waktu hati kita berserakan, badan rasanya gamang. Kayak kalau lagi giting. Badan juga enteng. Walaupun nggak bisa fokus. Enak bawaannya. Di patah hati yang pertama-pertama kemungkinan besar kita banyak melakukan hal bodoh. Kayak nungguin di depan rumahnya sampai dia keluar (kayak di film apa ya adegan ini). Bahkan ada yang mengancam bunuh diri (jaminan nggak akan langgeng yang ini sih). 

Biarin aja masa-masa galau ini terjadi sehari dua hari, maksimal lima hari lah. Biasanya, selama masa-masa ini banyak kesempatan atau hal-hal menarik datang. Bentuknya bisa macam-macam, bisa ditawarin jalan-jalan gratis sama orang tua, teman lama muncul kembali, tawaran pekerjaan. 
Karena itu sebisa mungkin kita bisa tetap waras. Karena bagaimanapun roda hidup terus berputar, sebagian bilang karma yang relijius akan bilang Tuhan ke kita. Apa pun itu, things will get better. They always do. 


So don't worry so much by holding back the love. Let it out and see how it goes. Because as much as we wanted to be fully loved every single second, to found someone and be able to love her/him fully every single milliseconds is a fundamental happiness.