Tuesday, December 19, 2006

Hijau yang Biru

Tas berat kupangku
Di ujung alumunium berbentuk bangku
Berpikir mencoba mengartikan
Arti diacuhkan dan dilupakan

Sepasang kekasih melewatinya
Seorang ekspat dan pribumi juga
Bahkan ibu yang kerepotan dengan belanjaan
Semua masuk ke taksi biru

Sedihku tak terlihat mata
Hati teriris berkaca-kaca
Saat mata dan hati jelas melihat
Hijaunya taksi berubah biru

Ya, hijau aku tahu
Walau biru yang selalu dimau
Kutawarkan rumahku tujuan mengantar
Ia pun lama menatap tajam…

Hingga terucap kata terisak dari mulutnya
“Te-te-rima ka-sih…”

Tuesday, December 12, 2006

Your Last Birthday

Tiga tahun sudah kita tak bertegur sapa, kecuali di hari masing-masing kita lahir. Setiap tahun, ucapan selamat menjadi sangat berharga. Andai bisa lebih, andai bisa jadi lebih berarti.

Dan sepertinya ini adalah kali terakhir, karena berikutnya bisa menjadi dosa. Bukan berarti arti dirimu berkurang, tetap sama selamanya, satu-satunya, tapi memang selamanya kita takkan bersama.

Teruslah menjadi bintang, walau kau menetap di langit orang lain. Karena itu adalah yang terbaik.

Selamat Ulang Tahun.

Tuesday, December 05, 2006

Goes without saying

That’s what happened last night. Dia suka baca, Tim Burton pula. Dia juga download soundtrack Before Sunset di Limewire (tapi gw lebih lengkap donk), tidak suka Superman Returns karena ceritanya, bukan cuma karena make upnya Superman yang ketebelan dan dia pindah kerja karena 2 tahun gajinya nggak naik banyak. She‘s just like me, only prettier, hehe… What’s her name? I don’t know, I didn’t hear when she said it. I could’ve asked, but I was too scared, she’s older, that makes her more perfect (I always got a thing for older women). Yes, I got a crush on her.

You give me something that makes me scared all right
This could be nothing but I’m willing to give it a try
Please give me something, cos someday I might know, my heart

Monday, December 04, 2006

Before Sunseting Again

ImageSetelah beberapa kali tersedak di Kill Bill 1 & 2 dan tergelitik di Matrix 1, 2 & 3, akhirnya tetap Before Sunrise & Before Sunset jawaranya di weekend ini. Dua film itu menstimulasi terbentuknya dua file scribbles dan tentu saja tulisan ini juga sebagai karya ketiga.

Sebenarnya lebih ke Before Sunset, lebih terasa faktual dibandingkan Before Sunrise. Atau mungkin juga karena Before Sunset adalah gambaran harapan yang masih saya tunggu akan terjadi. Entah, biar si alam bawah sadar saja yang menikmatinya.

Apa yang saya cari di film-film berseri itu? Self Esteem of course. Di sela-sela membuat presentasi untuk anak kampus 9 Desember nanti dan menemani keponakan ke Dufan, saya masih butuh kontemplasi. Dan apa yang berhasil saya temukan? Petikan favorit saya berubah! Kalau terakhir nonton adalah ini:

“I guess when you're young, you just believe there'll be many people with whom you'll connect with. Later in life, you realize it only happens a few times”

menjadi ini:

“… the true work of improving things is in the little achievements of the day, and that’s you need to enjoy, just to stay in that feel.”

The weird thing is I really don’t know what exactly the changing means, only I felt so relieved. I guess contemplating and sex are the same after all, makes you wanting more! Hehehe…

Thursday, November 23, 2006

Traveling alone is traveling within

Kata-kata itu pernah saya baca di karyanya Desi Anwar saat launch bukunya di Senayan City. Dan baru saja saya membaca kata-kata Seno Gumira,”Perjalanan adalah penjelajahan ke dalam diri sendiri”. Apakah ini petanda saya harus segera melakukan perjalanan? Maunya, tapi duit dari manaaaaa? Jadi daripada pergi jauh-jauh dan harus bayar pula, mending liat pameran interaktif keramik di Japan Foundation aja, gratis! Hehe…

ImageDi tempat yang seharusnya menjadi perpustakaan dan galeri, perupa Miyuki Anai dan Kurniawaty Gautama, mengubahnya menjadi seperti ‘backyard’ alias halaman belakang rumah-rumah di Jepang. Daun-daun kering sengaja dibuat berserakan seperti di taman, mengelilingi beberapa catur jawa dan congklak dari tanah liat yang siap dan boleh dimainkan siapa saja. Di atasnya tergantung awan-awan, bintang-bintang dan bulan sebagai tempat para pengunjung menggantungkan kertas bertuliskan harapan mereka.

ImageDi sana saya berhasil mengurangi ketakutan saya terhadap kodok. Meski dari tanah liat, saya tadi memegangnya! Itu karena kodok-kodokan itu divisualkan berlomba-lomba memasuki rumah-rumah sambil bermain, menyimbolkan manusia yang mencari kedamaian di suatu tempat tidak lagi dengan cara berjalan atau berlari namun melompat! Agar tidak menjadi kodok (katak) dalam tempurung yang selalu dalam kepenatan dan rutinitas namun menjadi seseorang yang selalu bugar dan mengisi hari-hari dengan hal yang positif dan menyenangkan. Walau siang bolong, hati serasa temaram…

ImageSelain itu walau di dalam gedung dan dalam ruangan yang kecil, saya bisa merasakan besarnya pesan yang ingin disampaikan penciptanya. Mereka berhasil menyentuh dan membawa saya pergi dari lantai 2 gedung Summitmas 1 ke ujung hati paling dalam untuk mengambil kembali harapan dan mengajak saya untuk menggantungkannya kembali ke tempat yang tinggi namun tetap dapat diraih pada saatnya nanti.

Lezat sekali makan siang hati saya hari rabu ini, jadi mau lagi, tapi kalau bisa jangan yang imitasi, pengen banget bisa ketemu samurai asli.

Monday, November 13, 2006

be present

Postingan ini sebenarnya udah agak lama ada di draft, belum selesai2. Tapi kemarin tiba-tiba dapat tambahannya, jadi coba diselesein tapi ternyata kalau nunggu selesai kayaknya nggak akan selesai-selesai, hehe…

be present. Dua orang creative director udah bilang itu langsung ke gw. Dan baru aja Beau Burroughs bilang itu ke Sarah Jennings. Walau bisa aja dia bilang gitu cuma trik buat bikin tenang Sarah so he can get laid with her. But either way, it’s still a good thing.

Di hari kerja, gw biasanya udah nyiapin rencana buat weekend mau ngapain aja. Mulai dari hari Sabtunya mau bangun jam berapa sampai nentuin hari seninnya akan ijin masuk siang atau malah sekalian cuti mendadak karena kebayang pasti akan capek banget ngelakuin semua rencana itu. Tapi biasanya yang terjadi adalah Sabtunya seharian tidur-makan-nonton tv series-makan-tidur lagi. Terus minggunya paling nemenin nyokap belanja ke some hypermart atau ITC-ITC. Bukannya recharge malah tambah capek.

Bandingkan sama yang ini. Di hari kerja berangkat agak pagian (walaupun malemnya baru pulang jam 2) dan ngedatengin bank yang nggak ada di jalur menuju kantor. Terus membagi-bagi uang gajian/honor SJ-an yang ada di bank tersebut ke dua account yang berbeda di dua bank lainnya. Lagi ngantri tiba-tiba ketemu junior kuliah dulu yang sekarang kerja di USAID. Tanpa sengaja jalur ke NGO pun terbuka, padahal selama berbulan-bulan berusaha menghubungi teman yang lain yang juga kerja di NGO dan belum pernah berhasil.

Atau kalau lagi badung dan nggak terlalu banyak kerjaan, naek feeder busway dari BTC jam 9 dan sampai di Plasa Senayan pas mereka baru buka. Abis itu ubek2 Kinokuniya sampai pusing ngebacain judul dan sinopsis buku satu-persatu dan tanpa sadar ngabaca lagi yang awal-awal tadi udah pernah dilihat dan baca. Tapi disaat lagi pusing-pusingnya, trilogy Griffin & Sabine yang bertahun-tahun dicari nggak dapet-dapet (bahkan yang minjemin buku itu pertama kali ke gw juga belum dapet sampai sekarang) muncul di depan mata, langsung deh ngambil tanpa mikir harus kehilangan 600rb (but i really felt worth for it).

Terus disaat weekendnya. Pagi-pagi milih salah satu nomor telepon perempuan cantik di phone book dan ngajak dia jalan. Walaupun nggak bisa dapet malam minggunya karena dia pasti kencan sama pacarnya, tetap aja seru. Sesampainya di rumah tiba-tiba saja kepikiran sesuatu dan langsung menulisnya walau itu berarti belum ganti baju dan makan. Dalam waktu setengah hingga satu jam langsung jadi satu cerpen baru, meski anehnya tema cerpennya kematian.

You see, I’m starting to live my life again by being present, or present man that is. Karena kalau dilihat-lihat dari kata-nya sendiri sebenarnya secara tersirat kata itu sudah menyampaikan makna dalamnya. Nih ya, selain berarti SAAT INI, present kan memiliki arti lain sebagai HADIAH. Dan bila arti harafiahnya digabungkan, present pun akhirnya mengandung arti bahwa MENIKMATI SAAT INI ADALAH SEBUAH HADIAH. Hehe…tau deh bener atau nggak.

Anyway, cobain deh, be present, jangan terlalu pusing sama masa depan apalagi masa lalu. Toh kita nggak akan bisa membeli waktu. So, selamat menikmati hari ini ya dan pastikan untuk dapat menikmatinya, asal jangan keterlaluan aja.

Carpe diem friends! Carpe diem!


Note:
Beau Burroughs is Kevin Costner and Sarah Jennings is Jennifer Aniston in Rumor has it…

Friday, November 10, 2006

Pahitnya (Nonton) Jomblo Lagi

Meskipun nggak suka kopi, tapi gw suka film ini karena membuat gw merasakan kembali kepahitan. Biarpun udah nonton berkali-kali, tetep aja hati gw terasa ditusuk-tusuk dan perasaan ditendang-tendang, nyebelin. Jadi karena itulah gw putuskan buat nonton sekali lagi di VCD, hehe...Hasilnya? Ada yang terasa tusukannya malah makin dalem tapi ada juga yang tendangannya lebih pelan. Here’s some of them why

Logatna, euy…
Dulu tuh gw benci bgt gaya bicara Ringgo. Saking bencinya sampe nggak pengen temenan sama siapapun yang berlogat kayak gitu (dan ingat gw kuliah dimana?). Jadilah gw susah dapet temen dan nggak bisa belajar bener-bener bahasanya. Sampe akhirnya diajarin untuk mengerti logat itu sama si “Agus” gw itu (bukan, bukan perihal gay atau semacamnya, cuma analogi aja, nanti juga ngerti) dan sampe sekarang gw pun menjadi sering berlogat seperti itu, dan belum tahu gimana cara ngilanginnya.

Karakter yang mewakili
Sebenarnya sih dia bukan kayak Agus yang smart & funny gitu. Aslinya dia lebih kayak Asri yang memenuhi criteria semua orang sebagai seseorang yang cantik digabung sama kepribadian kayak Rita yang keibuan dan penuh perhatian.
Karakter Doni juga terasa deket. Sahabat gw waktu kuliah adalah sex master of multiple girls, hehe tapi sayang nggak bisa meraih gelar grand master karena sekarang punya gelar lain yang abadi, MBA. Tapi pada dasarnya sekarang ini mereka sama, dewasa karena sering bercinta, hahaha….

Exact moment
Yang Ultimate adalah adegan yang suasana dan tokohnya selalu berubah sendiri setiap kali nonton lagi, yaitu waktu dia jadi Agus di Gumati (waktu itu di café roti) dan gw jadi…Lani.

Nyesel juga dulu nonton film ini pertama kali nggak bareng “Agus” gw itu. Padahal dia dulu ngotot ngajak nonton bareng walaupun sebelumnya dia udah nonton sama pacarnya, “filmnya kita banget,” katanya. Yah siapa tahu kalau nonton bareng bisa ada kejadian yang merubah keadaan sekarang? hehe...
Oh, well…the past surely never dies and it definitely kills...

Thursday, November 09, 2006

What’s up on me? #1

Sebagian orang kini jarang catching up lagi dengan teman-temannya karena alasan waktunya tersita oleh kerjaan. Mereka kemudian mengandalkan blog milik temannya untuk mengetahui kabar terbaru tanpa harus menghubungi atau bertemu. Begitu juga dengan gw, hehe…Tipe-tipe yang masih selalu bertanya kapan pekerjaan bisa berhenti jadi alasan setiap ada yang ngajak jalan atau sekedar ketemuan.

Tapi ternyata buat gw setiap saat melihat sesuatu yang baru dan menuliskannya di blog juga bukan hal yang sempat untuk dilakukan, kadang hanya sempat menulisnya di journal tanpa edit namun dilindungi password. Tapi ya itu, yang tahu cuma gw sendiri. Sedangkan gw nggak (mau) idup sendiri di dunia ini, Superman aja nggak tahan, gimana gw?

Nah, karena itu gw sekarang mau bikin daftarnya (diusahakan diupdate per minggu, kalau nggak ya per bulan aja yak). Daftar yang isinya hal-hal terbaru yang gw dapet atau baru kembali gw lakukan. Kalau tertarik sama detailnya silakan melakukan usaha yang lebih ya jangan cuma gratisan baca aja, hehehe…

Here’s the list:

Ponsel 3G, Sony Ericsson K608i. Murah dan terbukti udah bisa dipake buat video call, tapi belum tahu caranya nonton tv.

Dua buku kumpulan cerpen Kompas, Jl, Asmaradhana sama Riwayat Negeri yang Haru. Dua-duanya belum sempet dibaca.

Baru selese baca Batman, A Death In The Family. Ternyata pembaca komik tahun 80-an sadis2, hehe…”Robin died by the readers, not the writers”

Dua mainan yang menghabiskan 5 giga ibook gw, Call of Duty 2 sama Football Manager 2007. Mereka memaksa gw mengusir Miyabi dari hardisk dan pindah ke dalam 3 keping CD (hehe, lumayan banyak ya).

Shaver BrAun. Lebih bersih dari sebelumnya dan lebih gampang dibersihinnya. Sayang masih pakai batere, bukan listrik (abis yg listrik mahal bgt, di atas 1 juta).

Bercinta tanpa rasa.

Dua cerpen selesai, Kado sama Takdir Takbir. Tapi belum bisa wrap, masih mau diedit lagi dikit.

Dua program TV lahir, belum selesai tapi. Rencanya mau gw ajuin ke om gw sang Eksekutif Produser di salah satu stasiun tv dan PH.

Side Job translate-an.

CD player Philips. Beli ini di Electronic Solutions cuma karena modelnya keren. Tapi ternyata suaranya bagus dan bisa ditempel di tembok saking tipisnya! Bener-bener keren! Tapi itu berarti tambah lagi beban cicilan yang harus gw bayar…*sigh*

Bola-bola Speedball penyangga ibook.

Club 8 di itunes jadi ada tiga album. Nouville, The Friend I Once Had sama Strangely Beautiful. Album yang terakhir bagus banget.

Mouse putih Mediatech. Cukup efektif untuk memenangkan pertempuran di Call of Duty 2, hehe..

CSI season 6, Thank You for Smoking, The Lake House, The Girl in The Café, 36, The Unfinished Life. DVD-DVD yang terakhir gw beli dan tonton.

Setelah namatin Star Trek: Encounter, gw beli God Hand. DVD PS2. Ini side storynya Jin di Tekken. Seru dan menghibur. Kita bisa bikin jurus sendiri.

Huff..ternyata lumayan banyak ya. Itu pun baru material aja. Belum mengenai hubungan, pengetahuan, gosip, keyakinan, dll. Sepertinya nggak akan cukup kalau ditulis semua. Tapi namanya juga usaha, siapa tahu abis ini ada yang ngajak ketemuan, huehehe…

Saturday, October 28, 2006

"Ingat-ingatlah semua salahku: caci, dengki, semuanya yang membuatmu sakit. Sudah semuanya? Berapa harus kubayar? Sejuta cek maaf cukup? Atau kau ingin tunai seperti mata dibalas mata? Berapapun kau jual, kubeli!

Untuk maafku? Gratislah untukmu :-)

Selamat Idul Fitri 1427 H. Mohon Maaf Lahir dan Batin.

Monday, October 09, 2006

Senior yang Junior

Seorang sutradara senior mengatakan TVC yang dulu kami kerjakan tidak maksimal (salah satunya) akibat saya terlalu sok tahu dengan mengajukan arahan untuk menghadirkan storytelling ad yang dilakukan dengan motion control approach, karena menurutnya karakter dan emosi tidak akan terbangun. Mungkin mengenai tidak cocoknya storytelling ad dan motion control menurut dia itu benar. Tapi yang dia lupa (atau memang tidak pernah mengerti) bahwa TVC yang saya dan tim maksud dan inginkan bukan storytelling ad menye-menye atau storytelling yang menyentuh secara mendalam yang memerlukan karakter dan emosi yang mendalam. Maksudnya, iklan yang ingin kami buat bukan untuk menjadi terlalu dramatis, namun menjual dengan elegan dengan cara yang berkesan massif dan canggih namun tetap bercerita. Suatu upaya untuk menggambarkan keunggulan sinyal TELKOMSEL dan inovasinya selama sebelas tahun yang selalu menjadi yang pertama di generasi-generasi GSM di Indonesia. Kami pun sudah punya ‘klasifikasi’ sendiri hasil seloroh CD kami waktu itu, yaitu storryselling ad!

Di pre-pro awal sepertinya director mengerti hal tersebut, ia pun setuju bahwa motion control adalah pendekatan yang paling cocok. Namun sayang ternyata ia tidak mengerti keseluruhan pesan yang ingin disampaikan dalam iklan kami ini.

Bukti dari hal tersebut terjadi pada salah satu, saya ulangi lagi, salah satu klimaks kesalahannya, yaitu salah mengambil shot! Itulah pertama kalinya saya dan art director melihat seorang director salah mengambil shot. Bukan. Yang ia ambil bukan shot untuk stock seperti yang dilakukan director awamnya, ia mengambil shot yang benar-benar tidak berguna.

Biar saya terangkan kesalahannya. Shot yang mau diambil adalah adegan video call. Adegan setelah transisi antar penelepon yang dilakukan dengan cara crash zoom ke dalam layar ponsel lalu warping ke tempat lawan bicara. Untuk mendapatkan tempat lawan bicara tentu saja angle yang harus diambil adalah frontal dari depan, namun yang ia ambil adalah frontal dari samping. Ketika ditanya alasannya,”Iya, kan nanti ada transisi cut/dissolve” Duar!!! Kontan saya dan tim meledak, sepanjang iklan telah disetujui bersama bahwa transisinya tidak akan ada cut sama sekali, tiba-tiba di bagian yang transisinya tidak mungkin dengan cut malah ia lakukan. Meski kemudian ia mengakui sudah salah mengambil shot (dan memang terbukti salah karena kami tidak pakai sama sekali shot2 itu) tapi tetap saja…ia beruntung GM marketing klien sedang diajak makan oleh account director dan president director kami, kalau tidak…

Tapi sepertinya kejadian itu membekas dengan arti yang berbeda di dalam diri sang director, ga papa juga, namun sayangnya ia mengungkapkannya ke banyak orang dengan cara dan pesan yang berbeda (seperti yang ada di dalam blognya), sehingga kami (agency) dan PH mendapat pandangan negatif yang mempengaruhi kredibilitas kami. Saran saya sih, jadi Public Relations aja gih, hasilnya lebih bagus tuh daripada nge-direct.

Mungkin ia sudah senior di bidangnya, namun saat membuat iklan kami ia sama sekali bukan itu. Banyak sekali pekerjaan rumah yang tidak ia kerjakan. Sebagai contoh adalah director shooting board yang plek ketiplek persis eh salah maaf, 80% plek ketiplek, dua puluh persen adalah tambahannya dia yang tidak sesuai dengan pesan iklannya. Dan hal tersebut terjadi berkali-kali meski kami sudah minta revisi, sehingga kami harus merevisi di kantor klien sepuluh menit sebelum final prepro meeting.

Mengenai art director kami yang dianggapnya nggak pede sehingga mengeluarkan terlalu banyak referensi yang membuat (ingat ini menurut dia) iklannya kehilangan identitas, malah yang terjadi waktu itu adalah sebaliknya. Kami melihat ia kebingungan sebenarnya iklannya mau dibuat seperti apa. Treatment-treatmentnya terus bertabrakan dengan isi pesan. Karena itu kami bantu dengan menghadirkan referensi-referensi untuk membantunya. Agency, PH bahkan Post House sih mengerti-mengerti saja, cuma dia saja yang kebingungan sendiri. Seperti timing slot masuknya super, masak tidak diperhitungkan saat offline sehingga kami harus merombak kembali hasil offline, beruntung sebelumnya produser kami sudah mengantisipasi sehingga kami bisa masuk dan melihat hasil offlinenya lebih awal, hal tersebut telah berhasil mencegah kesalahan yang lebih besar. Namun sayang tindakan pencegahan tidak berhasil dilakukan pada tahap online, akibatnya tim agency harus terus supervisi rombakan online hingga jam enam pagi.

Kalau kemudian ia banyak mendapat job setelah orang tau ia menggarap iklan kami, ya sudahlah. Tapi mungkin orang2 itu harus tahu bagaimana sebenarnya iklan kami ini akhirnya bisa jadi. Yaitu karena DOP yang dengan kompetensi dan kesabarannya membuat iklannya tidak blontang blonteng. Lalu ada Mas astrada yang dengan ulet memberi arahan ke semua talent terutama si bapak yang masih juga kaku sampai akhir sementara ia lebih sering ongkang-ongkang kaki bukan karena yang paling mengerti tapi menjadi yang paling terakhir mengerti. Serta peran besar terakhir ada di para editor post house yang sudah cukup sering bekerja dengan kami.

Jadi kalau ternyata ekspektasi director tidak sesuai dengan realita saat membuat iklan kami, mungkin ia harus mulai melihat ke dalam dirinya dahulu daripada sibuk menilai dan bercuap mengenai jeleknya orang lain.

Thursday, September 28, 2006

Kebenaran bukanlah kenyataan

Image Waktu Batman (Christian Bale) bilang ke Rachel Dawes, “It’s not who you are underneath, it’s what you do that defines you”, gw tau itu bener, and I love Batman in many ways.

But somehow I disagree with his statement. For me, “It’s who you are underneath that defines you, not what you do.”

Here's why:
- “Loe mau ngapain lagi datang ke sini? Why haven’t you give up on me? Pokoknya apapun yang loe mau omongin jawabannya nggak!!!”
Hmm…Okay, Gw mau bilang kalau kita udah tiga tahun lebih putus silaturahmi, sedangkan aturan di Islam cuma 3 hari, selebihnya diangap dosa besar. Gw ke sini mau nyoba jalin itu lagi, but if you say so…selamat menjalankan bulan Ramadhan penuh dengan dendam…
- “Wah copy2 loe terlalu langsung ya, nggak ada twist.”
Yet that’s not the way I usually speak or write, I did it so we can get fast approval through the client since the AE’s can’t sell a thing. And…didn’t you hear yourself these days? “Udah ikutin aja maunya mereka, yang penting cepet selesai”. Oh I really want to stamp your forehead with a really big capital words, I TOLD YOU!
- “Segitunya banget kerja, kalau cuma buat duit segitu aja kerja sama gw deh, gw bayar lebih.”
Thanks, but no thanks. I know where you got your money…I know what I gotfrom this job is not worth it, but at least it’s a clean money…
- “Ambil cuti kok pas lagi banyak kerjaan, karena urusan keluarga lagi, egois banget.”
Yang ngomong nggak tahu kalau orang rumah udah bilang kayak gini, “Emang sih keluarga sudah nggak mampu ngidupin, tapi sampai kapan pekerjaan selalu di atas keluarga, memang tempat kerja itu rumah kamu?”

Huff…I guess to be good is to be misunderstood.

Wednesday, September 27, 2006

Hai lihat kami baikan lagi! Hehe...;p

Image
Image

Sunday, September 17, 2006

Kebahagiaan yang tak terlihat mata

Beberapa teman membagi masalahnya. Masalah yang sama, masalah saya juga. Menyenangkan. Mengetahui kalau mereka masih percaya, setidaknya membuat saya melupakan masalah sama yang melanda saya juga.

Pada dasarnya mereka bertanya bagaimana kami dapat menang dalam perang ini, perang melawan kebodohan orang lain yang membuat hidup kami lebih berat. Sebuah kehidupan yang harus dijalani dengan terus menerus kehilangan begitu banyak teman, keluarga, waktu, kesempatan, dan yang paling menyakitkan, harapan.

Namun kemudian ada salah satu dari kami (hampir dapat dipastikan) berhasil keluar dari kungkungan masalah yang kami semua alami. Ia tidak pergi atau melarikan diri. Ia berhasil meraih harapannya.

Saya ikut bangga, lebih-lebih bahagia. Karena dengan begitu berkurang satu yang harus dijaga, sehingga kedepannya saya bisa lebih fokus berperang ke hal yang lebih besar daripada melawan kebodohan orang lain ini, yaitu perang melawan kebodohan diri sendiri. Seperti yang terjadi sampai saat ini.

Nggak ada brief, deadline mepet. Berarti kerjakan secepatnya tanpa kesalahan, lalu gunakan waktu lebihnya untuk crafting masterpiece yang lain atau membangun kehidupan. Ibarat air mulai pasang dan kita harus membuat sebuah kastil di atas pasir, semakin lama menghabiskan waktu semakin sia-sia nantinya. Kalau kita Tuhan sih tidak apa-apa. Yang kapan saja tinggal mengalihkan air pasangnya atau mengubah pasirnya menjadi adamantium sehingga meski air pasang kastil tetap bergeming.

Setelah tahunan setia bekerja mengubah sampah menjadi karya hingga mengorbankan keluarga, lalu tiba-tiba dianggap pengkhianat karena sedang jatuh cinta? Atau meski naik pangkat namun masih menerima lebih kecil dari yang belum? Saran saya, mulai saja bangun kerajaan bisnis sendiri. Walau dari nol, yang penting tiap proyek bisa gol. ‘Cos as far as i know, loyalty for a company is a lie. Hanya sebuah harapan semu yang diciptakan pemilik usaha untuk mengurangi pengeluaran seperti pemerintah menghargai guru di Indonesia dengan slogan “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”, tanpa menghitung dengan benar kebutuhan atau sama sekali peduli dengan kesejahteraan mereka. Mau kerja kayak apa ya dapatnya segitu juga.

Mau ikut perang sampai kapan? Sudah, mulailah jadi raja, jangan mau hanya jadi budak yang dipuja.

ps:beberapa contoh yang ada hanya drama belaka, tapi kalau sudah terlanjur percaya itu nyata ya saya mau berkata apa, huahahahaha…

Wednesday, September 06, 2006

vuck

V vor vague vapid vanity view ov very vicious vigilant vindication

Saturday, September 02, 2006

"kok pacarnya tiba-tiba unjuk gigi gitu ya, Bos? :p"
"Masudnya?"
"Tiba-tiba muncul di mana-mana aja gitu. Ya mungkin ada hubungannya sama elo."
"Mungkin."
"Pasti kali maksud loe? Haha...Secara loe berhari-hari ama ceweknya bedua doank ngine--"
"Woi, iye tau. Tapi masih SMS-an tuh, jadi ya harusnya nggak papa. Yang dulu aja satu kota gw ga disentuh tuh ama cowoknya, hehehehe..."
"Masih SMSan? Biar kesannya nggak langsung ngebuang ya? Canggih. You're becoming a Jedi Master."
"Sialan, yah setidaknya gw ga kayak elo, lord sidius."
"Ah kayak gituan nggak ada yang putih, Bos. Item semua, opacitynya aja yg beda. Akhirnya ilmu gw terwariskan. hwakakakak"
"Gw belajar sendiri neh, ilmu loe tuh sesat, gw ga mau."
"Kenapa? Karena akhirnya gelar gw MBA? Justru itu."
"Lah kok malah justru itu? Loe mau ngajakin gw ke dark side?"
"Bukan gitu. Gw malah mau ngajarin biar loe ga kayak gw."
"Ow, kirain...hmm...eh, Man..."
"Ape?"
"Sorry ya gw ga dateng ke nikahan loe."
"It's okay. Tapi loe tau kan loe harusnya dateng?"
"Yeah, i know. I NEED to be there."
"Yup, there u go."
"But we're good now, right Matey?"
"Sure, but only if you accept my 'playacology'."
"Hahahaha...okay. That would be fun."

Saturday, August 26, 2006

into the same hole again

Ada suatu masa di mana gw bener-bener ga percaya sama satu orang pun. Dan itu berlangsung cukup lama. Karena pasti apa yg gw sampein itu diterima salah sama orang itu dan efek snowball membuat kesalahpahamannya semakin parah. Gw pun menjadi orang yang dibenci banyak orang karena kesalahan yang nggak pernah gw buat.

Sekarang2 ini gw mulai masuk ke masa itu lagi. Penyebabnya sederhana, tiba2 ada orang lain yg tahu info yg gw share cuma ke dua orang yg (saat ini) paling gw percaya dan orang yg (seharusnya nggak) tahu itu nggak mau membagi dia tahu dari mana.

Gara-gara itu gw mempertanyakan loyalitas para sahabat. Sesuatu yang bener-bener gw anggap tabu. Kayak ngelakuin dosa besar rasanya, tapi mungkin karena memang iya. Untung belum mempertanyakan ke dua2nya, secara yg satu lagi nikah. Goblog bgt kalau sampai itu terjadi.

Mungkin bukan hal yg penting buat orang yg tau itu (krn emg seharusnya dia nggak tahu), tapi kenyataan kalau info itu bisa keluar dari “jalur komunikasi aman” gw adalah sesuatu yang berdampak sangat besar.

Pertama, yang pasti gw jadi ga percaya sama orang yang tahu itu. Gw ngerti sih, kalau dia ngasih tau ke gw dia tahu dari siapa info itu, berarti dia mengkhianati orang yg ngasih tau info itu. Tapi dengan tidak memberitahu, buat gw itu berarti dia membela pengkhianat. Kita liat sejauh apa dia bisa dipercaya.

Kedua, gw jadi curiga sama semua teman yang ada, temen kantor, Fikom, Metro, semuanya, bahkan saudara yang sudah jadi temen juga.

Dalam menjalin hubungan baik pertemanan, persahabatan atau persaudaraan, sebisa mungkin gw terbuka dan sejujur mungkin. Karena memang nggak banyak juga yang gw anggap sebagai teman atau sahabat, saudara aja ga sampai lima yang gw percaya.

Gw tahu betapa capeknya hidup sendiri tanpa bisa membagi kesedihan apalagi kebahagiaan, rasanya sepi bgt. Dan gw udh cukup lama hidup di lubang tanpa orang lain itu. Gw benci lubang itu, tapi untuk sebuah kepercayaan, i have to get back into that hole.

Ya, itulah self defence mechanism gw. Tidak peduli sama orang lain. Hell is other people, sartre once said.
Jadi sampai akhirnya gw tahu itu siapa atau mungkin sampai tahu alasan sebenarnya, i‘ll always in a bitchy mode.

Syuh!

Friday, August 25, 2006

Late Hour Stupidity

I’m awake to be exact.
(Yeah, I woke u up. That’s why
Why in the world I woke her up, anyway?
Why did I have to call her in the first place?
Why not some other padangneese?)

I’m awake and start to think
Nooooo….
(Don’t think.
Ur not gonna stop doing that
Now I got problem to forgive myself)
I mean, i'm sorry.

No worries.
Oh no..no..no..no…
(It’s easier if u mad or angry
This kinda thing stucks in my head
While I got lines and lines to be made)
Just go back to sleep
Please

Will do
Ok.
Do it now
Just close ur eyes and count those sheeps

In a while
Nooo
Now
U need to sleep now
(I need you to go back to sleep now)

…..
(Oh I hate this
Can’t take the guilt anymore
I better go home
Who knows I’ll be able to sleep
And forget all this)

(Damn it!)

Tuesday, August 22, 2006

the battle within

I hate my family, they judge
I hate my friends, they’re narcissist
I hate my workmates, they never really understand
I hate my boss, he just get things talked not get things done
I hate my girl friend, she’s too sensitive
I hate my ex, she haunts me all the time
I hate God, He knows everything about me

I hate myself hating them all.

Sunday, August 20, 2006

Dari mata turun ke hati

Image
Di bawah jembatan ratu plaza setelah beli tiket Trans Bintaro, saya baru sadar kalau harusnya beli tiketnya pake lima puluhan saja, bukannya sepuluh ribuan. Mengapa? Karena saat itu saya lagi haus sekali dan tukang minuman belum tentu punya kembalian. Ya masa’ beli minumannya di OhLaLa atau Carefour…

Coba dulu lah ke tukang minuman, kenapa juga harus lompat ke kesimpulan padahal masalahnya juga belum nyata.

Sesampainya di tukang minuman, sepertinya yang haus bukan cuma saya. Di samping penjaja minum, seorang mbo-mbo sedang menenggak aqua dengan kencangnya. Saya merasa geli sendiri melihatnya. Senyum saya mengembang, tapi cuma sebentar. Karena setelah saya melihat bakul jamu besar yang ada di sebelahnya si Mbo, saya jadi malu hati sendiri. Karena memang sepertinya ia memang sedang haus sekali.

Dari mata turun ke hati, begitu katanya. Cuman yang jadi masalah adalah saya ngga punya uang kecil itu tadi. Saya jadi ragu untuk dapat membantu si Mbo.

Tapi kalau hati sudah berbicara, apa juga dilakukan. Makanya langsung saja saya coba tukar uang ke tukang tahu pong. Si bapak penjaja tahu pong lagi melayani pembeli. Kebetulan ia sedang menyiapkan kembalian. Ia menghitung agak keras, sayangnya perhitungannya tidak pas. “Satu, dua, tiga, dua, empat, lima setengah, enam setengah…Nah ini kembaliannya” Bapak tahu pong memberikan kurang lebih 11 ribu rupiah (karena saya lihat ada satu 5 ribuan dan sisanya ribuan) ke pembeli yang awalnya memberikan Rp 10 rb buat sepuluh tahu pong dan sepotong lontong. Saya melongo melihatnya, lebih lagi si pembeli. Aduh, Pak…..Tapi sepertinya si pembeli orang baik, sebelum saya menawarkan bantuan, Ia langsung membantu si bapak menghitung kembalian dengan benar.

Melihat sepertinya akan lama, saya beralih ke tukang siomay, karena saya harus bisa melaksanakan niat awal saya sendiri yang sedang tertunda ini. Namun, dengan sombongnya tukang siomay menolak untuk menukarkan uangnya. Padahal saya sempat melihat laci uangnya penuh dengan puluhan ribu. Tukang siomay sialan. Dia lupa apa kalau ikhlas membantu orang itu niscaya akan lebih mudah mendapat berkah dibandingkan berdagang dengan itung-itungan yang berlebihan? Terserah lah, tanggung sendiri saja pokoknya.

Hmm…Tidak lagi ada penjaja yang bisa ditukarkan uangnya. Setidaknya itu yang saya pikir saat itu. Saya lupa bahwa sebenarnya masih ada tukang minuman yang belum saya minta bantuannya. Memang agak dilematis karena si mbo ada tepat di sebelahnya. Tapi mau bagaimana lagi, sudah tidak ada pilihan lain.

“Mas, maaf, boleh tuker puluhan?”
“Minumnya apa, Mas”
“Nggak minum”
“Wah nggak ada, Mas”

Wah ini sih sama aja kayak tukang somay. Dasar pelit. Tapi tiba-tiba…

“Ini saya ada, Den. Campur ribuan ndak papa?”
“Eh…oh, Mbo. Iya boleh, nggak papa.”

Saat si Mbo sedang mengeluarkan uang-uangnya dari dompet kecilnya itu, saya coba laksanakan niat awal saya yang sepertinya keadaannya saat ini malah kebalikan.

“Mbo, masih ada beras kencur? Saya mau.”
“Wah jangan, Den. Itu sudah tinggal ampas, nanti malah jadi penyakit.”
“Oh…kalau gitu yang lain aja Mbo, itu yang kuning-kuning juga ga papa.”
“Sing iki? Wah Den, iki kunyit. Nggak enak kalau tidak dicampur, lagian khasiatnya nggak terlalu pas buat Aden.”

Entah apa maksud sebenarnya, yang pasti saya merasa mulai kehabisan akal. She really caught me off guard.

“Ya udah terserah Mbo aja, yang penting bisa bikin saya seger.”
“Lha ya mending beli teh botol dingin sama Mase’ iki, dijamin pasti seger.”

Hukk! Langsung kena di lubuk. Bodoh. Bodoh. Bodoh.

“Kalau itu sih rasanya udah apal Mbo. Kalau jamu si Mbo kan beda”
“Wah kita kebalikan ya, Den…hahaha…mungkin karena si mbo jarang beli minuman kayak gitu ya, habisnya mahal.”

Oh My God….I’m Sorry.

“….katanya tukang minuman nggak punya kembalian Mbo, kalau saya nggak beli.”

“Yah, mungkin memang kurang uangnya tukang minuman…Nah, ini tukerannya, Den. Coba dihitung lagi”

“Iya Mbo. Terima kasih. Permisi.”

“Maaf ya Den, jadi gak bisa ngerasain yang seger-seger”

“Nggak papa Mbo. Saya sudah segar kok”

…dan itu karena Mbo. Terima kasih banyak, Mbo. Semoga Mbo mendapat balasan yang paling sepadan dari Tuhan….

Friday, August 11, 2006

be the second but the best, not the first but the last

“Syukur tahun ini bisa pulang kampung. Sudah kekumpul duitnya”
“Oya? Rencana naik apa? Bis? Kereta?”
“Oh enggak, ngajak temen yang punya motor aja, patungan. Paling banyak habis 150, kalau dibagi dua kan jadi ga berat diongkos. Soalnya keperluan mudik lainnya masih banyak”

Duak! Kepala gw langsung ketiban palu hakim 1000 ton. Rp 150 dibagi dua adalah budget yg ia tabung selama setahun untuk bisa pulang kampung, itupun baru sekali jalan naik motor ke Madura. Tuh tukang sate udah gila. Hehe ya nggak lah, keadaan yang memaksa.

Gw langsung berpikir, ini pasti gara2 dia salah tempat jualan. Masak dia jualan sate di deket sate Apjay yang terkenal itu.

“kenapa dagang di sebelah mereka, Pak? Dagangan mereka kan terkenal nomor satu”
“Saya sudah coba cari tempat lain, Dik, dan istilahnya jadi nomor satu di sana, tapi penjualan gak sebaik di sini”

Ternyata dia sudah berusaha menjadi nomor satu dan memang berhasil jadi nomor satu juga, tapi bila dilihat lebih besar lagi dia sedang menjadi nomor dua, dan kalau mau ditarik lagi dia mungkin itungannya bukan apa-apa.

Jleb! Tiba-tiba sebuah pedang lancip nan panjang menusuk hati. Itu yang terjadi di agency ini. Yang katanya nomor satu dan diakui sebagai nomor, tapi tidak pernah menghasilkan karya nomor satu bagi klien nomor satunya. Dan aku tahu kenapa. Semua yang ada di sini merasa sebagai nomor satu, merasa masih menjadi yang terbaik sehingga segala petanda bahwa mereka bukan lagi nomor satu tidak terbaca. Klien utama yang kecewa dengan hasil beberapa bulan terakhir, tidak lagi percaya dengan rekomendasi yang diajukan, mempertanyakan semua langkah yang diambil agency yang notabene adalah konsultannya.

Si tukang sate kemudian mengajukan pertanyaan mendalam

“Mas, kenapa makan satenya di sini, bukan di sana?”

Jawabannya adalah, karena di sana pelayanannya ga enak. Mereka terlalu sibuk mencari perhatian untuk dirinya sendiri sehingga melupakan kepuasan pembeli. Seperti pesanan yang datangnya lama, tidak sesuai dengan yang diminta bahkan tidak datang karena mereka begitu sibuk sendiri membanggakan diri.

Tapi gw menjawabnya, “di sana bosen, mau nyoba ngerasain yang lain”

Dzig! Gw kepukul kata-kata gw sendiri. Inilah ketakutan gw dari kemarin yang terbukti, meski baru oleh kata-kata gw sendiri, tapi ini adalah bad feeling yg mulai jadi masalah nyata. Beberapa minggu terakhir gw uring2an di kantor karena setiap mau mengatakan bad feeling ini belum didukung sama bukti nyata, hanya instink yang biasanya gw bahas sama CD lama dan kemudian bersama-sama mencegahnya jadi masalah nyata. Tapi sekarang gw gak bisa melakukan itu, belum ada lagi orang yang mengerti hal itu dan tau bagaimana menyelesaikannya.

Tukang sate kemudian menjawab, “iya Mas, banyak yang kayak gitu bilangnya. Kadang saya pingin bilang itu ke tukang sate di sana itu. Tapi kalau begitu nanti saya bisa kehilangan pekerjaan, keluarga mau dikasih makan apa?”

Duenk! Plak! Bak! Buk! Brak! Jleb! Jleb! Jleb! Kali ini gw ga bisa jawab, karena memang belum ketemu jawabannya atau karena memang begitu mengena di dalam hati. Jadi mending gw cepet2 pergi aja daripada mati berdiri di sana.

“ini Pak, ambil aja kembaliannya”

Monday, August 07, 2006

my resignation

August 7th, 2006

To:
All of my cousins

Dear Guys/Girls,

I want to thank you for all you have done for me. It's been a pleasure shared with you and tries to solve your problems.

As you can see, its all your problems, not mind. Therefore I have decided to tender my resignation. I want to solve my problems first. My last date of availability will be today. This decision has nothing to do with the exceptional opportunity you all have provided me. You and your family have been quite fair with me, and in a way, I genuinely appreciate it.

I wish all of you can be better persons and become success, and I want to thank you for allowing me to be a part of the family. Please feel free to contact me for further smooth transition assistance.

Love and regards,


Burat Pangeran

Monday, July 24, 2006

i won't fail you

The following is my latest conversations with my best friends after i told them about the situation.

This one here is my best friend whom I almost fuck his fiancee with

Him : "leave her"
me : "I did. I came back."
H : "What? You never do that, you always leave. How can you be so stupid?"
m : "i...i...
H : "You...You...What? You're so in love with her and become a moron?"
m : "Hey no!...i mean yes i love her..no! i mean, i don't! i don't know what i mean...
H : "She don't seem worth to be kept, just leave her..."
m : "I won't, i'm not gonna leave her,not now. She's really a nice girl. I think at least she can be a friend..."
H : "You think? Do you really think she'll be there when you go down? She's the kind who just wanna have fun, she's doesn't really wanna be your friend. U already got friends, u got me. Come on, Man. You're just wasting your time and energy, which i know u don't have a lot of those right now."
m : "Hey, don't say that! I always have time and energy for my friends!"
H : "True...but answer me this, IS SHE YOUR FRIEND right now?
m : "..."
H : "Suits yourself, i'm leaving and gonna make a huge sign with "i told you" written on it so i can show it to you whenever you come to me later on,crying. Hehehe..."
m : "Bastard! You're a jerk, you know that??!!!"
H : "But as jerk as i can be, i'm still your friend. And unfortunately, one of your best one. Huahahaahhaaha..."

This one here, is someone who rejected me cos we got different religion.

She : "isn't this what exactly happen between us back then?
Me : "Yup. pretty much the same."
S : "and she's furious with you? Why don't you tell her about me? About us?"
m : "I did,i tried. But she think that just some bullshit or something."
S: "maybe you told her wrong. I mean, you often did that you know. Telling a wrong message from what you really want to say."
m: "I think i made my self clear."
S: "Clear enough to say that we're still care for each other and still can be together though not as a couple? Hey, why don't we just be a couple? u still love me, right?
m: "Oh shut up! u know exactly why we can't be a couple."
S: "Hahaha of course i know, just teasing you...So why don't you just leave her?"
m: "oh great, not this kind of conversation again..."

Wednesday, July 19, 2006

Pot dan Pucuk Tanaman

Sebuah pot bertanya marah kepada pucuk tanaman.
“Mengapa kita tidak pindah saja? Aku malu menampung tanaman yang tidak juga berambah besar seperti ini.”
“Nanti saja kalau cuacanya bagus.”
“Di sini cuaca nggak akan pernah bagus, makanya ayo cepat kita pindah!”
“Udh tenang aja. Kamu nggak lihat apa yang aku lihat dari atas sini sih, di bawah sana tuh sebenarnya lebih aman, jadi santai lah.”

Pot tidak mau mengerti itu. Apa enaknya di bawah sini, enakan juga di atas sana. Tapi mengapa si Pucuk tidak begitu menikmatinya? Alhasil ia jadi tidak banyak membuat perubahan. Mana daun-daun baru yang seharusnya ia hasilkan? Ia juga kelihatannya tidak terlalu mati-matian mengejar sinar matahari, hanya mencari secukupnya saja. Peran Pucuk sebagai tombak utama tanaman ini menurut Pot sangat kurang!

Namun entah mengapa Batang dan para Akar adem-adem saja. Mereka selalu menemukan cara untuk berkompromi dengan si Pucuk, mereka pun santai-santai saja menyerap apapun makanan yang dihasilkan Pucuk.

Di suatu malam, Pot melihat pucuk tanaman bergoyang keras. Ia dan Batang sedang berusaha keras melepaskan diri dari cengkraman Benalu. Pucuk tanaman biasanya bisa lolos, namun sekarang ia agak sulit bergerak karena ia bersama si Batang. Benalu menang, Pucuk tanaman dan Batangnya tertebang.

Saat itu, Pot tidak dapat berbuat apa-apa.

Namun bukan berarti kemudian ia tidak berusaha. Pot berusaha mengikuti arah jatuh Pucuk tanaman. Mencoba bergerak sekuat tenaga, sayang ia belum mampu melepaskan tanaman yang ditampungnya begitu saja. Lagipula dalam perpindahannya, Pucuk tanaman berpesan agar Pot tetap bertahan dan terus menjadi penopang tanaman yang kini dikepalai oleh Benalu pemenggal si Pucuk.

Pot marah besar. “Lihat! Sekarang aku juga kan yang mempertahankan tanaman ini, katanya kita mau sama-sama bikin tanaman yang besar dengan daun2 yg banyak??!!”

Pucuk tanaman yg sudah menjadi pucuk lagi di tanaman yang lain balik mempertanyakan,”Pucuk baru kan pandai mencari makan, apa masalahnya? Kamu bilang ingin memiliki daun banyak tanaman bisa dapat banyak makanan dan cepat menjadi besar, kau ingin menampung tanaman yg besar kan?”

“Iya. Tapi biarpun menjadi pucuk, tetap saja dia itu benalu. Dapat makanan juga lebih banyak buat dia sendiri bukan dengan membuat daun yang banyak. Liat saja Batang baru dan para Akar menjadi lemah dan kehilangan kekuatan untuk menyerap makanan karena kini tidak banyak makanan yang dapat diserap. Bagaimana tanaman ini bisa tambah besar? Pucuk Benalu ini terlalu arogan. Selalu saja melihat ke atas tanpa sadar siapa sebenarnya yang menyokong tanaman ini selama ini,” ratap Pot pilu.

“Kalau begitu bergulinglah. Mau memecahkan diri dulu baru berguling atau mengajak seluruh tanaman agar si pucuk baru merasakan apa yg namanya tanah, terserah. Tapi bergulinglah…” rintih Pucuk tanaman.

“Baiklah…” Meski sedih, kini Pot pun lega.

Monday, July 17, 2006

Yin

I’m in need for one. An equalizer, a balancer, the Yin. An opposite power that stabilizes me. The nice and soft kinda power. And within her, I believe I found it.

Ideally, this power lies within “The One” that you love forever. That’s why they often said, “He/She completes me”. Yeah right. I don’t buy that. The idea that someone can be completed by only just one person is absurd. I believe that’s not even a fact, it’s just something we create to fulfill our expectations and also (unfortunately) our hope. Cos if it’s true we can be completed by just one person, why would we need another person? Why in fact we still need our relatives and friends?

As for me, I think Yin can lies in the heart of our mom, sister, cousin, best friend, a friend or maybe the sum of them. Just like right now. I got a cousin that can pull me from my gloomy world, and show me how warm this world is. No, not taking me to some park or conservation or just being so nice to me. But her kindness to other that melted my gloomy cold heart. Even my purest heart is not as kind as her regular heart.

See? I feel completed already.

Wait…What’s this? Who are you? What? I love her? Are you crazy? Me? I am the crazy one? Hey! I can’t have that feeling for her. You! Shut your mouth up!

Hmm…what if that noise is telling the truth? No way! Just what if? Ooo…ooo…I’m in big trouble…dududududu

Well, anyway, no matter what, I hope she continues doing it. Cos someday who knows, I’ll be able to do kind things the way she’s doing it without wax.

Thursday, July 06, 2006

Mengalirlah Bersamaku

Tadi pas lagi denger Prambors ada lagu yang sebagian liriknya kayak gitu. Ga tau yang nyanyi sapa tapi kena banget.

Gw bukan tipe yang suka ngukung, dan dia pun bukan tipe yang suka dikukung. Tapi gw juga gak mau yang selalu cuma bisa ngedorong dia dari belakang aja, gw juga mau jadi yang narik dia ke atas, agar pada akhirnya, berdua selalu bisa melewati semua riak dan ombak hidup serta menikmati kesenangan-kesenangannya bersama.

Mengalir tanpa beban.
Saling bantu dari belakang dan depan.
Untuk satu tujuan.
Kebahagiaan.

Monday, July 03, 2006

build trust 'till the end

first of all, my dear,
i never imagine anything like that could ever happen

i know it's hard for you to trust me right now
again, i'm so sorry

and for that, from now 'till the end
i will regain that trust

'cos after you said you believe my reasons,
i started to think that i've been giving
a second chance
a chance to feel again how nice it was
to love somebody

it's not gonna be easy, but i know i can
all because i care about you, i really do

Saturday, July 01, 2006

hatred for loving

always seem unfair
some have killed
their heart, their faith
just because of it

not just being hatred
nor envy
yet patience is not enough
u have to be an angel

don't wanna feel a thing
hating this, the pain i'm used to
should quit from this pain
but i'm not been enough

it's sad when she is not
she was is what she is
loves me hates me
for loving her

Wednesday, June 28, 2006

the end is the beginning is the end

Mas Shafiq is leaving. All because of...let's just say the management is having their way. I'm quite upset. Cos he's beginning to know who am i really is, not many people can do that.

This is something i wrote to him the first time i heard the rumor:

Begin again

first time in mind beside why is WHO BENEFITS?
Surely everyone will feel lost, even for me,
though lost Is A PAIN THAT I’M USED TO

hopefully you and those guys STILL FIGHTING IT
cos from what I know, we all here,
even I WILL FOLLOW YOU INTO THE DARK
or just went FREE FALLING into the WORLD FULL OF NOTHING

maybe THE WEIGHT OF MY WORDS won’t make any different
but I’m sure THOUGH IT’S NOT LOVE IT MEANS SOMETHING


The capital words are the words represent something that we shared. Words from comics, song title and some of song lyrics.

And this is something i wrote after i got confirmation that he's really gonna quit


Kamar panjang dan kosong

Pemilik kamar panjang diganti
Entah siapa penghuni barunya
Entah dengan apa akan memenuhinya
Mungkin malah akan menutupnya

Kamar panjang yang selalu terbuka kini kosong
Ditinggal penghuninya yang ikut semua
Hellboy, Trinity, Thor, Lara Croft dan para Alien
Perginya mereka membuat kamar panjang itu terlihat sempit

Kamar panjang, akankah kembali panjang?

Siapapun yang akan mengisi
Kamar panjang itu pernah besar dengan seluruh penghuninya

Hope we can meet again at some point ahead or "The Point" that we talked about.

Farewell, and good luck.

Monday, June 19, 2006

Love is Durian is Love is Durian

Cinta itu kayak buah duren. Susah sekali membukanya. Bila tidak tahu caranya bisa terluka hingga berdarah-berdarah. Namun apabila berhasil membuka kulitnya, akan terasa daging dalamnya yang begitu lembut dan manis. Sayangnya ketika menemukan yang matang, tanpa sadar kita pasti terus meminta lagi, lagi dan lagi. Terus menerus meminta hingga mabuk kepayang. Sehingga rasa manis yang seharusnya selalu dapat dinikmati bersama menjadi terlalu cepat dihabisi. Saat tersadar, dagingnya yang enak pun sudah habis tercerna berubah menjadi tai, menyisakan biji yang keras dan kulit yang sangat tajam.

Thursday, June 15, 2006

Picture of My Life

I never had a dream that I could follow through
Only tears left to stain, dry my eyes once again
I don’t know who I am, or what I’m gonna do
Been so long I’ve been hopelessly confused
This can never really end, it’s infinitely sad
Can someone tell me when
Something good became so bad
So if you have a cure
To me would you please send
A picture of my life
With a letter telling how
It should really be instead

The precipice is there
But will I ever dare
Throw myself in the sky, so at last I can die
See I’ve become a man
Who holds nothing too dear
Who will mind if I just disappear
This can never really end, it’s infinitely sad
Can someone tell me when
Something good became so bad
So if you have a cure
To me would you please send
A picture of my life
With a letter telling how
It should really be instead

Oh, tell me how it really should be

Picture of My Life - Jamiroquai

Tuesday, June 13, 2006

Semu

Khayalku terbuai tinggi
Terpana bahagia
Melihatmu mendekat tanpa sebab
Bidadari bungsu yang kutunggu

Tak perlu tahu
Tak perlu diberitahu
Kau tahu aku menunggu
Kutahu kau datang bukan untukku

Hati berbicara tanpa suatu kata
Mengerti, memahami tanpa bertanya
Tanpa pergi lagi kau tetap tak kembali
Tanpa kubenci kau tetaplah bidadari

Wednesday, June 07, 2006

My First Motorcycle Diary

Starts at 06.06.06 08.15 WIB

Yihaaa! Pertama kalinya naik hasil keringet sendiri. Itulah yang bikin hari ini berani berangkat kantor naik motor untuk pertama kalinya. I was believed nothing’s gonna happen on my way to office, cos I bought the bike with clear money (terjemahan bebas buat uang bersih bebas korupsi). Belum lunas sih, tapi rasanya yakin aja gitu.

Baru jalan beberapa meter, rasanya udah mau loncat tinggi sambil teriak girang. Seneng banget. Ngalahin senengnya waktu bisa nyetir mobil pas SMP. Terasa lebih bebas, nggak ada beban (kayak kartuHALO ya ;p). Jadi lupa kalau sebenernya belum lancar nyetir motor dan belum punya SIM C! Hehe…jangan bilang2 pak pulisi yak…Yah maklum aja, pertama kali duduk di kursi supir motor ya baru dua minggu yang lalu itu pas si Nouvo dateng.

Sebelum berangkat udah membekali diri mau lewat jalur mana. Biar bisa siap di tempat2 yang kira2 belum dikuasai dan cukup susah buat dilewati. Rintangan pertama adalah pertigaan Bintaro-Veteran alias Organon (nulisnya gimana sih?), itu kalau pagi susah ke kanan karena suka dikasih pembatas, tapi tadi nggak, pas nyampe di ujung lampunya hijau, langsung deh belok ke kanan. Rintangan kedua tanjakan Deplu. Ngeri banget ngebayangin kalo tiba-tiba harus berhenti di tengah2, itu tanjakan kan tajem bener. Eh tadi lancar, gak ada macet2nya sedikit pun. Gas teruuuss dan syuutt sampe deh di atas. Dan Alhamdullillah lancar terus sampai kantor tanpa ada kejadian yang tidak diinginkan di rintangan2 selanjutnya.

Tantangan berikutnya adalah pulang malam naik motor, suka ada razia soalnya. Yang harus dipastikan ada itu STNK, laporan kehilangan SIM, sama 20 ribuan, hehe. Setelah yakin semuanya ada, tancap! Keluar kantor jam 22.15. Enak jalanan sepi, sayang kena lampu merah mulu. Dan untungnya nggak ada razia, selamatlah sampai di rumah.

Hari kedua. Ujaaaannn. Baru juga lewat McD, byuurr kayak diguyur. Melipirlah ke pom bensin. Banyak yang neduh juga. Gak disangka ada yang lucu. Aneh, tumben banget. Ya udah liatin aja terus biar dia ama cowoknya juga, tapi sepertinya kurang pinter dan karakternya ga kuat, bosen deh ngeliatinnya. Ternyata derasnya nggak lama, cuma 10 menitan, jadi bisa jalan lagi. Langit berubah agak cerah. Tapi pas di PIM tiba-tiba gelap dan di Jalan Radio Dalam mulai gerimis. Tanggung, udah ampir nyampe, gaspol!

Makin deket ke kantor ternyata makin reda, sampai di kantor berhenti ujannya, dasar. Pas mau parkir Mas Sapik tiba-tiba nongol kayak Giant Ongol-ongol (apa pula ini?), “Rat, anterin ke Kayu Umbi”. Halah, pertama kali boncengin orang kok Bos, mati dah. Cuek. Tapi kok berat bener yak, hehe...tau sendiri kan dia segede apaan. Kebut terus biar cepet sampe, lumayan bisa bikin Bos teriak2 dikit tapi selamat kok sampai tujuan. Langsung tinggal aja, katanya. Ya udah, balik deh ke kantor, parkir.

The road of life twists and turns and no two directions are ever the same. Yet our lessons come from the journey.

Friday, April 21, 2006

My Comic Journey

This new excitement started when I got task to develop a print ad. I realize I know nothing about comic language, I was just being smartass when creating its headlines. Then I ask my CD for reference. He brought me tons of them. Hehe…not exactly, just a few books.



After I read some of them, I found something interest me, its language (what else?;p). Some of them are quite wit, some straight forward and simple, and some are ambiguous and layered.



So I told my CD I want to continue understanding the language, although my task to develop print ad were pending ‘til June. He kinda respected that and brought me where to buy the comics. I looked for Batman, but can’t find a good one. So I just bought any of them base on my CD recommendations, and I chose this one,


Image hosting by Photobucket
DAREDEVIL: YELLOW. Writer: Jeph Loeb with Artist: Tim Sale.


I felt little bit gusto flowing when I start open its plastic wrap in the car on the way back to the office. A shocking Ad for Wolverine Origin behind the cover stopped me. Wow, this Ad can be use for a high-calcium milk. Such an enjoyment.


Image hosting by Photobucket
Onto the next page.  



A full page of Daredevil rolls in the air with some thoughts in his mind and a heart that being broken: “Just when I think it’s going to get easier, I close my eyes and I see you in my arms. It’s as if a hole were torn open in the center of my chest. After a while, it starts to close up and someone has a laugh that sounds like you or wears a perfume that smells like you and it tears the hole wide open again. I don’t feel like eating. I find it hard to concentrate. I can’t do my job, Karen. I can’t live my life.”



Yikes! That surely grabbed my attention.



My CD said reading this one is like reading a novel. I might be agreed on that. But for now, let me just enjoy this new journey of mine, will you? Or maybe anyone want to join me? I’ll be pleased….

Wednesday, April 19, 2006

Menjadi Hebat

Di blog seorang teman, saya tersentak oleh salah satu kalimat penutup sebuah tulisan mengenai ia dan teman-temannya, quote, Kita akan menjadi perempuan-perempuan hebat! Meski tidak ditujukan untuk saya tapi kalimat itu benar-benar tagline yang bagus bgt. Hehe...Kidding.

Hampir semua orang pasti memiliki teman-teman dekat dengan satu tujuan yang sama, menjadi hebat. Meski saat ini masing-masing sedang menempuh jalan yang berbeda, tapi kesemuanya yakin pada saatnya nanti akan berkumpul di suatu tempat yang sama. Entah di mana. Yang pasti sesuatu yang luar biasa.

Dan berbagi dengan mereka walau lama tidak bersua selalu melahirkan sesuatu. Minimal kembali termotivasi untuk menghadapi apapun yang sedang sulit dihadapi.

Dulu di kampus ia bos saya, Pemred sebuah media kampus yang cukup disukai (meski kurang disegani) dan saya sebagai Redaksi Pelaksana dan Editornya. I would say it was fun, meski semua hasil yang dibuat, menurut kami, tidak pernah maksimal. We were catching up yesterday, not much but enough. Memimpin sebuah majalah film adalah salah satu mimpinya yang sebentar lagi terwujud. Ia bercerita, beberapa waktu yang lalu ia mencari partner kerja, bertanyalah ia ke beberapa orang dengan hasil, setidaknya ada 2 yang merekomendasikan saya. Keyakinannya terbukti namun ia sudah tahu jawabannya. Mimpinya yang ini bukanlah mimpi saya.

Selain mantan Bos yang tadi, masih ada satu lagi. Bulan depan teman dari kantor lama yang satu ini akan berangkat ke Belanda. Menjalankan beasiswa agar hak-hak manusia tidak terus diinjak-injak. Ia berpesan kepada saya untuk terus mengikuti kabar negara, agar nantinya bersama-sama dapat membuat negara ini lebih baik di mata dunia. Saat di mana ia menjadi Chief of Staff dan saya sebagai Communication Directornya.

Menyenangkan ternyata saya masih diakui dan punya kesempatan di luar sana. Membahagiakan karena sepertinya kami memang akan menjadi hebat.

May God Help Us.

Tuesday, April 18, 2006

Some Things About This Job

[-]
Masalah kantor selalu terbawa ke luar kantor, sepanjang waktu memikirkanya.
Namun saat masalah di luar kantor terbawa ke kantor, menjadi motivasi dan inspirasi.

[+]
Kapan dan di mana pun dapat berimajinasi tanpa khawatir apa yang dipikirkan dan tidak diberhentikan kerja karenanya.

Friday, April 07, 2006

Diriku, Dirimu, Dirinya

Sahabatku, akhirnya berhasil juga kau menemukannya
Setelah lama mencari
Dan bergonta-ganti

Engkau begitu bahagia
Tak akan pernah menyakiti hatinya
Berulang kali kau berjanji

Sampai kau berkata
Akan meminta ia untuk pindah agama
Karena kau ingin menikahinya

Namun untung saja
Kau belum melakukannya
Karena ada satu hal yg belum kusampaikan

Sahabatku, ia yang kau puja itu
Punya satu rahasia
Dan Rahasianya, rahasiaku…

Sahabatku, ia yang kau puja itu adalah pacarku!

Monday, March 20, 2006

The Prince Convenient with The Kings


Image hosting by Photobucket



Penelusuran lagu-lagu mellow sama Mas Sapik sepertinya sampai pada puncaknya di Sabtu, malam minggu kemarin. Kings of Convenience yang melakukannya. Petikan gitar Erlend dan Eirik begitu jernih dan tajam menusuk hati. Mengalahkan jeritan terdalam James Blunt di Goodbye My Lover dan keputusasaan Chris Isaak dalam Forever Blue. 



Just a little bit of danger


When intriguingly


Our little secret


Trusts that you trust me


'Cause no one will ever know


That this was happening


from "Know-How"


 


If only they could see, if only they had been here


They would understand, how someone could have chosen


from "Cayman Islands"


 


Homesick


Cause I no longer know


What home is


from "Homesick"


Bayangkan suara bulat mereka yang menyanyikannya live di depan mata, dijamin merinding! Seperti halnya saya serta 2000 orang lebih di Upper Room, Jakarta, malam itu.

Wednesday, March 15, 2006

My Lovely Girlfriend

Image hosting by Photobucket


Name: Sarah Clarke
Birthdate: February 16th, 1972
Birthplace: St. Louis, Missouri, USA
Alias: sometimes credited as Sarah Lively
Height: 5'4" (1,63 m)
Siblings: two brothers, Preston and Swope
Relationships: intimate with Burat Pangeran (9/7/2002)




Sarah Clarke was born in St. Louis, Missouri, in 1972. She is the middle child of Ernest, a St. Louis engineer, and Carolyn, a homemaker. Her older brother, Preston, is a musician and her younger brother, Swope, works as a banker in New York.

She studied Fine Arts and Italian at Indiana University, spending her senior year in Bologna, Italy, where she also began acting. After that she returned to St. Louis and began working as an architectural photographer. She received free acting classes for taking photos of a cultural arts center.

She moved to New York and continued to study acting at
Circle in the Square, also working with Robert Wilson, Axis Theatre Company and The Willow Cabin Theatre Company. She played the role of Madeline in the 24 Hour Plays production "k, x, z and y".

Her first movie role was starring in Nara Garber's short film "Pas de Deux" for which she won a
CiNY Award for Outstanding Performance at the Brooklyn Film Festival.

She was the actress in the award-winning VW Jetta commercial "Synchronicity."

She made guest appearances in "Ed" and "
Sex And The City", and starred in the independent film "The Accident" before landing a part in FOX's drama "24". For the part of Nina Myers she won a Golden Satellite Award for best performance by an actress in a supporting role in a drama series.

She also had a small part in the critically acclaimed movie "
Thirteen" and she recently starred in "Happy Endings".
She was one of doctor House's complicated patients in the new Fox's hospital drama "House M.D.".



Tuesday, March 14, 2006

berimaginasi

really love doing it, dan ini beberapa alasannya:
1. Berimaginasi bukan mimpi, tapi cita-cita yang masih mungkin terjadi.
2. Sendiri, nggak perlu orang lain. “Hell is other people” Satre said.
3. Mengurangi emosi, karena bisa dilakuin sambil kontemplasi.
4. Tak terikat waktu dan tempat. Saat gugup 5 menit sebelum presentasi campaign baru, saya masih bisa berandai jadi ECD yang nggak peduli sama kerjaan.
5. Free! Ga kayak janji credit card yang ternyata harus bayar juga.
6. Keep the mind flowing. Itung2 latihan brainstorming meskipun memicu ADD.
7. Biar disukai ide. Entah kenapa sering aja ide tiba2 mendekat dan nempel.
8. No limitation. Dari Cuma ongkang2 kaki seharian sampe jadi white house communication director.
9. to be concluded…

Thursday, February 16, 2006

sesal

Tak ada yang bilang hidup itu adil
Apalagi selalu bahagia

Walau materi tercukupi
Sayang ia belum menemukan diri

Bukannya belum pernah mencoba
Ternyata belum berhasil saja

Di hari Minggu
Ia pergi tanpa pamit kepada keluarga
Overproteksi ibu
Membuatnya mencabut sendiri nyawanya

Sebuah raga
Satu nyawa
Seorang saudara
Aku kemana saja?

Monday, February 06, 2006

orang aneh

Pertama kali dicela seperti itu waktu SD. Ceritanya dimulai saat jam istirahat pas “aduan” benteng kelas 5 lawan kelas 6. Seseorang mengajak ikut serta. “Nggak ah, hari ini mau makan, tadi nggak sarapan,” kata saya. “Ya udah makannya sambil main aja,” kata salah satu dari mereka. Akhirnya sebungkus nasi uduk dan sebuah tahu goreng menemani saya menjaga benteng yang terus diserang anak kelas 6 bertubi-tubi dari berbagai arah. Selain tatapan aneh anak kelas lima, saya acuhkan juga sepatu-sepatu ukuran besar itu menyeruduk masuk mencoba menginjak benteng. Sakitnya kaki diinjak-injak tak terasa dibanding lezatnya sarapan seharga Rp 200,- itu, saya tetap bergeming. Lalau seperti manusia pada umumnya, setelah makan saya pun mencari minum, tentu setelah menitipkan tugas menjaga benteng kepada salah satu teman. Es the manis Rp 100,- yang dikemas dalam plastik yang ditarik menjadi pilihan penawar dahaga, namun saya lupa uangku tinggal Rp 50,- untung saja teman sekelas yang katanya anak anggota DPR berbaik meminjamkan kekurangannya. Sebagai balas budi, saya menemaninya ke depan gerbang sekolah karena ia hendak menyuruh supirnya mengambilkan buku PRnya yang ketinggalan. Di gerbang, setelah menjelaskan mandatnya, teman saya pun mengucapkan terima kasih dan nyelonong pergi. Secuek-cueknya tetap saja saya merasa diabaikan. Tapi tak apa-apa, karena tanpa sadar tiba-tiba saya melihat benteng kelas enam berada di depan, tidak terjaga!
Langsung saja saya berlari sekuat tenaga dan menginjaknya sambil berteriak, BENTENG!!!! Untuk pertama kalinya dalam sejarah SD Pancoran 01 Pagi, kelas 5 menang main benteng melawan kelas 6….Keesokan harinya timbullah bisik-bisik “….iya dia tuh si Aneh, nggak pernah maen benteng tapi jago. Nggak pernah kenalan sama cewek tapi punya pacar anak DPR…” Karir sebagai pemain benteng saya sudahi saja sampai di situ….

Waktu SMP, kalau tidak salah pas kelas dua. Tiba-tiba saja sang ketua kelas terpilih menunjuk saya sebagai wakilnya (jaman dulu yang dipilih cuma ketua kelas sama sekretaris, wakil ketua kelas sama bendahara dipilih ketua dan sekretaris terpilih). Susah untuk tidak menolaknya, jadi saya iyakan. Belakangan saya tanyakan alasannya, dan jawaban sang ketua kelas: “Abis loe aneh, masak baru kelas dua SMP udah bawa mobil sendiri.” Yah mungkin maksudnya saya sepertinya bisa diberi tanggung jawab karena sudah bisa mengemudi di usia yang sangat dini. Selain itu, waktu di SMP 12 juga, ada sebuah kata aneh yang terngiang sampai sekarang, diucapkan oleh seorang sahabat: “Aneh banget sih loe, suka malah sama temennya yang kurus dan kacamataan gitu, mending sama dianya, udah cantik, jago maen basket, dan suka sama elo.”

Kalau di SMA terjadi di awal-awal masuk 82, saat perkenalan murid satu-persatu di dalam kelas. Saya Burat Pangeran dari SMP 12. NEM saya 47, 52. Wuih!!!!! Suara murid satu kelas. Wali kelas berkata, kamu nilai NEM-nya tertinggi di kelas ini. Kamu harus menjadi contoh buat yang lain. Terasa tidak enak di hati, saya menjawab: Jangan, Pak. Saya mau main. Wuaahahaha!!!Aneh! Aneh bgt ni orang! Satu kelas kembali bergemuruh. Dan terbukti saya tidak pernah ranking satu di SMA. Namun saya punya lingkaran teman yang menyenangkan, meskipun akhirnya terpisah juga karena mereka semua bersekolah di luar negeri dan kebanyakan dari mereka sampai sekarang belum kembali. Saya ditinggal sendiri di sini karena diterima di universitas negeri.

Di kuliah, saat pertama kali masuk pun sudah terasa akan menjadi sangat susah untuk beradaptasi. Dari yang di kelas ganjil nomor-nomor terakhir fikom 99’ UnPad dikira sebagai anak angkatan 98’, simply because they always saw me play with them. Sampai puncaknya pujaan hati sendiri selalu memanggilku Si Aneh (meskipun nickname ku darinya juga cukup banyak kayak Ndut atau Mr. Want to Know). Sebal juga, sering dipanggil si aneh sama orang yang (masih) saya sayang. Sebel banget. Kenapa harus dia yang bilang itu. Tapi ternyata dia cuma bercanda, karena cuma dia satu-satunya yang bisa mengerti keanehan itu…

Memasuki dunia kerja kenehan saya mendapat teman. Bekerja di stasiun TV langsung di bawah produser paling aneh yang ada di situ. Sampai anak buahnya juga banyak yang diliat aneh oleh anak buah dan bos-bos yang lain Ada yang berubah menjadi dambaan tapi ada juga yang jadi dampratan. Gak tahu saya masuk kriteria mana, tapi ada dua dari mereka yang jadi temen dekat. Tanpa banyak kata-kata, saya dan dua orang itu bermimpi bersama, mencela orang yang sama dalam waktu yang sangat lama sampai sama-sama berbagi cerita keluarga yang tidak bahagia. Suatu ketika saat kembali bertemu setelah sekian lama tak berjumpa, tak ada kata-kata yang terucap di antara kami bertiga. Masing-masing terlalu seru dengan pikirannya. Mungkin karena kami bertiga memang sama anehnya. Kurang lebih setahun selalu mendengar pertanyaan, “kok bisa sih kerja sama orang aneh gitu? Kayaknya loe sama anehnya sama dia.” Biar saja. Misi saya di sini menyelamatkan program tv mengenai periklanan satu-satunya di Indonesia saat ini, bukan menjadi orang biasa yang kerjanya cuma copy berita seperti mereka.

Di tempat kerja yang baru (gak baru juga sih, udah setahun lebih juga). Keanehan saya mendapat semakin banyak teman. Namun, dibalik bebasnya para aneh itu hidup, semuanya harus sama, sesuai dengan brief, huahaha....!!!!! Saya kembali merasa aneh. Susah masuk ke orang lain. Meski sebenernya gak boleh menganggap orang dangkal, tapi memang itu yang dirasa. Terlalu sering orang-orang itu membahas abis hal yang sudah pernah saya pikirkan. Memang sih ada yang bisa masuk dan mengerti bahasa tersirat saya, tapi sayangnya belum bisa percaya. Kadang merasa bersalah, atau takut. Takut karena mereka itu orang-orang yang suka menilai dari luarnya saja, mereka yang harus dimengerti dan malas mengerti orang lain, apalagi orang aneh seperti saya. Bersalah karena sepertinya saya tidak bisa mengalahkan kelemahan dalam bersosialisasi. Ah tapi nggak. Bukannya nggak mau bersosialisasi, cuma lebih suka berkontemplasi. Sayang aja mereka nggak ngerti. Atau mungkin belum. Cuek aja lah, capek juga terus-terusan diambil ati.

Here I am again. Being strange in the world of stranger…

Friday, January 20, 2006

the brain voices

Suara-suara itu tak juga berhenti berbicara, berdebat, bahkan berteriak seakan isi kepala milik mereka sendiri. Suara-suara para ide busuk, ide baru, ide sok tau, ide garing, pembunuh ide, ide spontan, ide pemaksa,….

Di luar kepala, di depan muka, art director masih mengulang-ulang creative brief a.k.a. client brief yang di dalam kepalaku dihimpit dan dipinggirkan para ide yang terlalu asyik berebut pengakuan.

Wednesday, January 11, 2006

gangguan konsentrasi akut

Can’t get my mind flowing.
My right shin hurt by an unidentified bump.
My eyes sepet hard to open, so sleepy.
Warm forehead.
Stomachache.
Dizzy.

Wednesday, January 04, 2006

A flash of flashback

Baru saja ngalamin flashback. Tidak seperti yang sebelumnya, kali ini begitu nyata.

I was wearing shoes, siap-siap pergi ke kampus. Di dalam pikiran terbayang jalan potong melalui ladang & sawah yang cukup panas. Sejenak berpikir, I’m not gonna walk at eleven o’clock in the very sunny day! Kaki pun berbelok ke kiri, menuju ujung gang untuk mencari ojek.

Sebenarnya bukan gang juga, bisa disebut jalan kecil karena cukup untuk dilalui oleh satu mobil dengan satu pejalan kaki di samping dan sebuah motor dari arah yang berlawanan. Hampir di ujung jalan terlihat telor ceplok pedas yang menggunung dan sayur bayam di panci yang cukup besar -my favorite menu- di “etalase” warung nasi langganan “Si Bapak”.

Flashback singkat yang begitu nyata. Saat tersadar pun terheran-heran karena badan terasa gerah dan daerah sekitar pinggang cukup berkeringat. Aneh. Namun karena itu aku teringat mengapa telor ceplok pedas adalah lauk andalan yang kini selalu kupesan setiap kali OB kantor menawarkan jasanya membelikan makan siang. Dan karena itu pula aku teringat akan penyakit ‘kelebihan protein’ yang kuderita menurut dokter Dewata si ahli internis di RSPP (he’s retired now) setahun yang lalu itu. Mungkin itulah mengapa ketika tersadar dari lamunan flashback hanya pinggangku yang berkeringat.

Apakah ini salah satu cara-Nya untuk mengingatkan? Alhamdulillah…..