Monday, July 23, 2012

Dua puluh tiga Juli, dua ribu dua belas.

Malam ini,
Diberkatilah yang tersakiti
Dipujalah yang teraniaya
Dipulihkanlah luka yang pedih
Dihiburlah hati yang hancur

Malam ini,
Tertawalah dalam duka
Bergembiralah dalam derita
Bernyanyilah dalam tangis
Menarilah dalam puing

Malam ini,
Bersyukurlah
Berterimakasihlah
Beruntunglah

Bahwa kamu
Masih manusia.

Monday, August 8, 2011

the chase

kalau duduk sendirian di depan laptop saya suka mikir jangan-jangan saya kurang main..
habisnya rata-rata hidup saya dihabiskan di depan layar: weekdays maupun weekend. dan biasanya kalau malam sudah turun, itulah yang saya lakukan. jadi siangnya saya benar-benar berharap sesuatu yang menyenangkan terjadi di kampus.

kadang kalau kuliah sudah selesai saya masih sering duduk di kelas atau di koridor. tidak melakukan apapun yang berguna. cuma ngobrol, tertawa-tawa, dan kadang, merencanakan main keluar ramai-ramai. kalau waktunya pas biasanya semua ikut: makan, nonton, ato karokean.
kalo waktunya ngga pas yaudah. berarti hari saya berakhir sampai disitu. nongkrong di koridor sampai sore, lalu balik ke kosan. berulang begitu terus selama berbulan-bulan.

lucunya saya ngga merasa ini membosankan. penting untuk dikeluhkan, iya. tapi sama sekali ngga membosankan. saya dan teman-teman saya cuma mahasiswa biasa. yang masih ribut mesti naik apa kalau mau pergi rame-rame. masih sibuk ngitung tax di tagihan makanan. dan masih suka batal pergi kalau ada yang lagi ngga punya duit (dan ngga ada yang bersedia bayarin dia).
kebayang kalau kami mahasiswa kaya raya?

ya saya bukannya bilang saya ga mau jadi kaya. tapi kok kayanya hambar ya kalo apapun serba mudah, serba tersedia, dan selalu serba ada. kadang yang saya nikmati justru perjuangannya. nabung buat beli barang tertentu misalnya. berdarah-darahlah itu saya ngirit makan selama berbulan-bulan. tapi waktu barang itu akhirnya kebeli, ya saya balik lagi ke mode awal: biasa aja. atau bahkan kehilangan interest terhadap barang itu.

kelakuan klasik anak adam.

saya ga tau bagaimana perasaan orang lain, tapi sepertinya proses "mengejar" memang lebih menyenangkan daripada saat kita "mendapatkan" hal yang dikejar itu.

the chase is always better than the catch.

Thursday, March 31, 2011

sindrom pegawai bank

tumbuh dewasa, pada praktiknya, sama sekali tidak menyenangkan.

saya ingat waktu jaman saya sd, di setiap tingkat selalu ada tugas mengarang "cita-citaku", yang kurang lebih sama seringnya dengan tugas dengan tema "pengalaman selama liburan" (selalu saya tulis dengan liburan di rumah nenek, meskipun sebenarnya saya habiskan dengan nonton kartun)

dan sejak kecil itu pula selalu muncul cita-cita klise untuk menjadi astronot, presiden, dokter, pemadam kebakaran, dan polisi.

tapi semuanya punah di tengah jalan.

tentu saja tidak mudah menjelaskan pada anak-anak bahwa ada profesi yang namanya akuntan, yang kerjanya menghitung deretan angka membosankan. atau pengacara, yang harus pandai berbohong pada dirinya sendiri dan khalayak ramai. atau seniman, yang menjual visualisasi khayalannya dengan harga tidak masuk akal.

entah siapa pionirnya, orang dewasa jaman dulu menemukan solusi praktis mahabrilian: jelaskan saja cita-cita itu cuma ada lima, dan semuanya heroik.
anak manapun akan percaya.

sampai perjalanan hidup mereka pelan-pelan menyadarkan bahwa hampir mustahil ada yang benar-benar bisa jadi astronot; bahwa profesi itu tidak gampang, dan tidak semenyenangkan yang biasanya terlihat dalam ilustrasi buku bahasa indonesia: jadi astronot tidak melulu berarti melayang dengan ceria pada gravitasi nol.

tidak ada yang mau repot-repot memberi tahu anak kecil tentang hal ini.

lima belas tahun yang lalu mereka ingin jadi presiden. hari ini mereka sedang duduk di depan layar monitor, memakai seragam pegawai bank, mendelik pada sekumpulan angka. negara mereka masih saja kacau; politiknya, pemerintahnya, sistemnya, birokrasinya, semuanya. tapi mereka sudah lama menyerah untuk ikut campur terlalu banyak.

terserahlah, yang penting dapur tetap mengepul. gaji pegawai bank juga sudah lumayan. tidak ada banyak pilihan, meskipun sudah jadi rahasia umum bahwa tidak ada yang suka pekerjaan itu.

ngga suka tapi tetap dilakukan. ngaco kan?

saya kangen masa kecil saya. waktu semua hal baru tampak begitu menakjubkan, bukannya menakutkan. waktu kebahagiaan saya bisa diukur dengan lamanya waktu saya duduk di depan layar tv hari minggu pagi. waktu mainan saya punya nyawa, nama, dan sifat sendiri-sendiri. waktu main sepeda sore hari keliling kompleks, menemukan jalan tikus baru bagai memetakan benua asing.

yang jarang disadari adalah waktu amat lihai berjalan diam-diam.
kayak saya yang tiba-tiba sudah jadi mahasiswa tingkat akhir.
sebentar lagi mungkin lulus, dan akan dimulailah siklus saya terjebak dalam situasi-pegawai-bank.

dan kalau sudah diujung jalan begini, melihat ke belakang rasanya seru.
mengingat dari dulu jalan hidup saya sudah diatur, pantas saja saya ga pernah merasa cemas.
tk 1 tahun, sd 6 tahun, smp 3, sma 3, kuliah 4.
total tujuh belas tahun lamanya jalan saya ke depan "dipagari".
agendanya jelas, supaya saya ngga tersesat kemana-mana;
targetnya pun jelas, biar naik ke tingkat selanjutnya.
tahun berikutnya;
jalan yang lainnya.

sudah terlalu lama saya diarahkan, saya lupa bagaimana rasanya berjalan sendirian.
menentukan sendiri semua pilihan.
rasanya mirip seperti disuruh menggambar, tapi temanya terserah kamu.
setiap kali datang suruhan begitu, biasanya kertas saya akan lama sekali baru diisi coretan.
mulai takut salah, banyak menghapus, lirik kanan kiri.
membandingkan hasil dengan teman lainnya.

jadi kemana saya pergi setelah ini, saya masih belum tahu
terlalu banyak pilihan malah jadi bingung. dan membandingkan laju hidup saya dengan orang lainpun rasanya ngga banyak membantu.
pasti akan lebih banyak bikin makan hati.

ironisnya dari dulu saya orangnya tipe kompetitor.
saya butuh setidaknya satu orang rival untuk menjadi limit atas dan limit bawah saya.
seberapa sukses saya tergantung pada limit tersebut.
saya baru akan berhenti membanding-bandingkan hidup saya kalau akhirnya saya menemukan orang baru.
jadi selama saya berada diatas limit, saya bisa hidup dengan ceria dan damai.

mungkin juga nanti saya ketemu orang-orang yang merasa hidupnya cukup dengan jadi 'pegawai bank' saja.
ngga mau yang aneh-aneh. ambisi hidup yang cuma selebar sendok teh.
tapi kalau dia bahagia saya bisa ngomong apa.

lagian tujuan hidup ini apa lagi sih
selain cari yang namanya bahagia.
tinggal kita tanya sama diri sendiri:
bahagia itu apa?

Sunday, March 6, 2011

sampai nanti

Kukirim rinduku melintasi waktu.
Setengah berharap ia takkan pernah sampai kesitu.
Karena mungkin bukan itu yang kau mau
Rinduku, mungkin petakamu.

Wednesday, October 27, 2010

time heals everything?

katanya.

katanya seberapa dalam pun lukanya, kalau dibiarkan ia akan mengering sendiri. sembuh dengan sendirinya. lalu senyum pun datang lagi.

langit cerah ceria dan matahari kembali bersinar.


tapi pertanyaannya berapa lama?

perasaan dimana langit seperti mau runtuh. atau mood memaksa buat tidur-tiduran seharian. melototin langit-langit kamar. rasa pahit diujung tenggorokan. pikiran yang lari kesana kemari tanpa bisa dihentikan.

sehari dua hari biasa lah. semua orang pasti pernah..

tapi kalo berbulan-bulan? bertahun-tahun?


kadang kepikiran juga: apa yang sebetulnya disembuhkan oleh waktu?

kalo saya pikir itu cuma trik pikiran aja. efek placebo.

berpikir bahwa ada yang bisa membantu kita melanjutkan kembali hidup dengan tenang tanpa dibayangi masa lalu. berpikir bahwa WAKTU yang melakukannya. meskipun perlahan, tapi pasti tenang rasanya kalau tahu sakit yang begini memang ada obatnya..


padahal waktu ngga bisa apa-apa.

dia ngga pernah mengubah siapapun, dan tidak pernah menyembuhkan apapun.


You did all that.

YOU, mister, are that amazing.

Tuesday, October 26, 2010

hari yang dijanjikan

akan tiba suatu hari dalam hidupmu nanti,

dimana akhirnya kamu menghentikan semuanya:

semua jeritan frustrasi yang tertahan,

semua monolog di malam hari,

semua tuduhan terhadap tuhan,

terhadap teman, keluarga, dan segala situasi yang tidak pernah memihak padamu,

semua rasa benci terhadap dirimu sendiri,

rasa iri terhadap yang lain,

rasa tidak berdaya terhadap takdir,

dan semua harapan untuk esok yang lebih baik saat kantuk menguasaimu.


rasanya seperti tertidur di dalam mobil

lalu terbangun di tempat tujuan.

kamu tahu kamu berjalan, tapi kamu tidak bisa merasakannya.

sampai akhirnya matamu terbuka, dan kamu berada di tempat lain.


butuh waktu selama ini untuk sadar

butuh tamparan keras untuk bangun

tapi semuanya sebanding.


lihat saja.

akan tiba suatu hari dalam hidupmu nanti,

saat sesak di dada itu hilang.

dan gelisahnya sudah pergi.

tapi untuk saat ini, bertahanlah.

sedikit lagi.


Saturday, April 3, 2010

can you see?


"when we hold each other, in the darkness, it doesn't make the darkness go away. the bad things are still out there. the nightmares still walking. when we hold each other we feel not safe, but better. it's all right, we whisper. i'm here, i love you. and we lie: i'll never leave you. for just a moment or two, the darkness doesn't seem so bad."

—Neil Gaiman
why he's my favourite author you ask?